Jayapura, Jubi – Kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Indonesia diharapkan membawa angin perubahan bagi Tanah Papua. Melalui ensklisiknya, Paus menyerukan isu kelestarian alam, dan penghormatan terhadap martabat sesama manusia.
Akademikus Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur Papua Pastor Bernardus Baru menilai ensklisik Paus Fransiskus sangat relevan dengan kondisi terkini di Tanah Papua. Menurutnya, konflik bersenjata di Tanah Papua berhubungan dengan praktik eksploitasi alam.
“Banyak ibu dan anak mengungsi akibat konflik bersenjata. Konflik bersenjata itu berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam di Tanah Papua. Hutannya dirusak [dengan alasan pembangunan],” kata Pastor Baru dalam Diskusi Daring Kunjungan Sri Paus dan Internasionalisasi Masalah Papua, Rabu (4/9/2024).
Pastor Baru berharap Paus Fransiskus mendengar aspirasi masyarakat Papua dan memediasikannya dengan Pemerintah Indonesia. Itu demi mengakhiri konflik bersenjata dan eksploitasi sumber daya alam di Tanah Papua.
“Setelah pulang ke Vatikan, kalau bisa, Paus merumuskan langkah baru dalam mengakhiri konflik bersenjata dan eksploitasi sumber daya alam di Tanah Papua. Ajak Indonesia dan PBB [Perserikatan Bangsa Bangsa] mendiskusikannya,” kata Baru.
Sementara itu, aktivis kemanusiaan Veronica Koman menyoroti mobilisasi pasukan militer Indonesia ke Tanah Papua. Dia mengindikasikan pengerahan itu berhubungan dengan aspirasi kemerdekaan bagi Papua.
“Ada yang bilang konflik bersenjata karena ada bisnis yang mau masuk [investor besar ingin menanamkan modalnya di Tanah Papua], bukan karena itu juga. Itu hanya efek sampingnya. Konflik bersenjata itu ada karena Papua mau merdeka,” kata Veronica, yang juga pembicara dalam diskusi tersebut.
Menurutnya, keberadaan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) bisa menjadi benteng bagi kelestarian alam di Tanah Papua. Itu lantaran tidak ada investor industri ekstraktif berani memasuki zona yang dikuasai TPNPB karena pasti akan diusir.
“Para jenderal [sejumlah petinggi militer Indonesia] juga menjadi pemilik [beberapa] korporasi di Tanah Papua. Mereka [diduga] terus memelihara konflik. Ketika ada konflik, manusianya [warga setempat] akan mengungsi sehingga tanahnya bisa diambil [korporasi],” kata Veronika.
Veronika berharap Paus Fransiskus di masa akhir kunjungannya di Indonesia, turut menyuarakan keprihatinan terhadap kondisi Tanah Papua. Itu supaya Gereja-Gereja Katolik di Indonesia lebih peduli terhadap penderitaan umat mereka di Tanah Papua.
“Semoga itu [seruan Paus] menjadi tamparan bagi Gereja-Gereja Katolik yang masih kurang [peduli terhadap kondisi Rakyat Papua]. Penderitaan umat mereka ini tidak bisa dipisahkan dari [dampak] ketamakan korporasi yang difasilitasi negara,” kata pembela hak asasi manusia, yang kini menetap di Australia, tersebut. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!