Jayapura, Jubi – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) memprotes pemerintah Fiji setelah perdana menteri negara pulau Pasifik bertemu dengan seorang pemimpin Papua, Benny Wenda. Pertemuan ini guna mendapat dorongan moral untuk gerakan kemerdekaan daerah dan dukungan untuk menjadi anggota penuh Melanesia Spearhead Group (MSG).
Pertemuan Benny Wenda pemimpin United Liberation Movement West Papua (ULMWP) dengan PM Fiji, Sitiveni Rabuka, di Suva, pekan lalu, mendapat nota diplomatik dari Kemenlu Republik Indonesia.
Hal ini dikatakan juru bicara Kemenlu RI, Teuku Faizasyah, kepada Benar News yang dikutip Jubi.id, Kamis (2/3/2023).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah mengatakan pihaknya telah memberikan “nota diplomatik” kepada Fiji.
“Kurang lebihnya dalam nota tersebut Indonesia menyampaikan kekecewaan yang mendalam atas pertemuan PM Fiji dengan seseorang yang mengklaim secara sepihak mewakili masyarakat Papua di Indonesia,” kata Teuku kepada Benar News, awal pekan lalu.
Perdana Menteri Fiji, Sitiveni Rabuka, dalam akun twitternya @slrabuka menulis pada 24 Februari 2023 lalu akan mendukung ULMWP dalam keanggotaan penuh MSG.
“Ya, kami akan mendukung mereka [United Liberation Movement for West Papua] karena mereka orang Melanesia. Saya lebih berharap [ULMWP mendapatkan keanggotaan penuh MSG]. Saya tidak menerima begitu saja. Dinamikanya mungkin sedikit berubah tetapi prinsipnya sama,” tulis Rabuka.
Sebelumnya, pemimpin ULMWP, Benny Wenda, juga bertemu dengan Perdana Menteri Vanuatu, Ishmael Kalsakau. Keduanya membahas kembalinya Papua Barat ke keluarga Melanesia di MSG.
“Papua Barat dan Vanuatu berbagi ikatan khusus. Mereka terus berdiri di sisi kita,” kata Wenda.
Menteri Luar Negeri atau Menlu Vanuatu, Jotham Napat, mengatakan sedang mempertimbangkan untuk mengunjungi Suva-Fiji, Honiara-Kepulauan Solomon, dan Port Moresby-Papua Nugini untuk secara pribadi mendapatkan jawaban ‘ya atau tidak’ tentang apakah pemerintah mereka mendukung keanggotaan penuh United Liberation Movement of West Papua (ULMWP) dari Melanesian Spearhead Group (MSG) sebelum KTT MSG di Port Vila akhir tahun ini.
MSG dibentuk pada tahun 1988 dengan ditandatanganinya Agreed Principles of Co-operation among Independent States of Melanesia di Port Vila, Vanuatu. MSG resmi menjadi organisasi sub-regional pada 23 Maret 2007 melalui Agreement Establishing the Melanesian Spearhead Group.
Tujuan pendirian MSG adalah untuk mempromosikan dan memperkuat hubungan perdagangan antar anggota, pertukaran budaya Melanesia, tradisi dan nilai, persamaan kedaulatan, serta kerja sama teknik guna mencapai pertumbuhan ekonomi, pembangunan berkelanjutan, good governance, dan keamanan.
Anggotanya adalah Fiji, Front de Liberation Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS), Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Vanuatu. Indonesia diterima sebagai Associate Member (AM) pada 20th MSG Leaders’ Summit di Honiara, Kepulauan Solomon, Juni 2015 setelah menjadi observer pada 18th MSG Leaders Summit di Fji, Maret 2011. Sedangkan ULMWP sampai saat ini masih menjadi pengamat dalam MSG, hanya ULMWP dan FLNKS yang mewakili orang Kanak dan Papua Barat.
Sekretariat MSG berada di Port Villa, Vanuatu yang didirikan pada Mei 2008. Saat ini Direktur Jenderal SG dijabat oleh Dr. Leonard Louma, OBE dari PNG.
MSG adalah salah satu dari tiga pengelompokan sub-regional di kawasan kepulauan Pasifik. Seperti namanya, itu terdiri dari negara-negara Melanesia di Pasifik Barat Daya, yang paling dekat dengan Australia. Negara-negara ini terdiri dari sebagian besar populasi wilayah Kepulauan Pasifik. Perekonomian mereka, yang didorong oleh sumber daya, pariwisata, dan pertanian, adalah yang paling dinamis di Pasifik yang lebih luas. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!