Jakarta, Jubi – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan, warga Indonesia yang sudah mendapat vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan kedua atau dosis lengkap mencapai 167,79 juta lebih.
Menurut data Satuan Tugas pada Selasa siang (7/6/2022) jumlah warga yang sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap bertambah 66.246 orang menjadi total 167.796.320 orang atau 80,56 persen dari total 208.265.720 warga yang menjadi sasaran vaksinasi.
Vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau vaksinasi penguat hingga Selasa tercatat sudah dilakukan pada 46.817.474 orang, bertambah 198.305 orang dari hari sebelumnya.
Sementara itu, penerima suntikan dosis pertama vaksin Covid-19 tercatat bertambah 138.916 orang menjadi seluruhnya 200.629.176 orang atau 96,33 persen dari target vaksinasi.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menekankan pentingnya vaksinasi untuk melindungi anak-anak dan keluarga dari penularan Covid-19.
Menurut dia, setiap anggota keluarga sebaiknya mendapat vaksinasi dosis lengkap hingga vaksinasi penguat agar terlindung dari penyakit tersebut.
Covid-19 Tidak Akan Hilang Sepenuhnya
Sementara itu Ketua Satgas Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mengatakan SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak akan hilang sepenuhnya di Indonesia meski per 5 Juni 2022 separuh dari 34 provinsi dilaporkan nihil angka kasus.
“Apakah berarti 17 provinsi per 5 Juni itu nihil di seluruh indonesia?, kelihatan tidak. karena salah satunya dipengaruhi juga sama negara tetangga kita, seperti Malaysia, Singapura, Australia, semua negara ini tinggi kasusnya. Jadi tidak mungkin langsung turun semua,” kata Zubairi Djoerban yang dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (7/6/2022).
Menurut Zubairi penurunan angka kasus dalam suatu populasi belum tentu diiringi dengan lenyapnya Covid-19 dari muka bumi, termasuk Indonesia.
Menurut Zubairi situasi yang tepat untuk menggambarkan situasi pelandaian kasus di Tanah Air saat ini adalah risiko tertular Covid-19 yang lebih rendah dari sebelumnya.
“Hanya kalau tertular sudah vaksinasi dua kali, apalagi ada yang sudah booster, kemungkinan kalau sakit karena tertular dan harus rawat inap di rumah sakit itu risikonya rendah,” katanya.
Zubairi mengatakan situasi perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit yang kian sepi saat ini, bukan berarti tidak ada pasien yang sedang dirawat. “Yang sakit masih ada beberapa, juga banyak yang kosong,” katanya.
Zubairi yang juga seorang dokter spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi-onkologi (Kanker) itu menyebut Covid-19 jangka panjang akan tetap ada di tengah masyarakat dalam jangka waktu panjang.
“Kemungkinan untuk terjadinya lonjakan ada, tidak hilang, kemungkinannya sedikit banget. Kemungkinan makin hilang nyaris enggak ada, kalau berkurang masih bisa, hilang tidak mungkin. Artinya kita sekarang ini menjadi lebih longgar, tapi tidak boleh terlalu percaya diri dan jumawa,” ujarnya.
Di tengah transisi menuju endemi, Zubairi berpesan kepada masyarakat bahwa masker akan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
“Presiden juga bilang, bahwa kita boleh lepas masker di luar ruangan, tapi kalau di ruang tertutup tetap harus pakai masker. Kalau misalnya saya yang keluar rumah di tempat terbuka, tetap harus pakai masker. Kenapa?, karena usia saya 75 tahun, usia yang lanjut untuk yang punya komorbid,” katanya.
Komorbid seperti diabetes, kanker, lupus dan sebagainya, tidak akan membuat seseorang sehat 100 persen, katanya menambahkan.
“Jadi tetap saja kalau di ruang tertutup wajib tanpa terkecuali pakai masker. Ini juga yang harus selalu diingatkan, kalau membaca pelonggaran masker secara lengkap, di ruang tertutup wajib, rapat-rapat di ruang tertutup untuk pakai masker juga wajib,” katanya. (*)
Discussion about this post