Jayapura, Jubi – Sekelompok mahasiswa dari Papua di Selandia Baru yang khawatir akan masa depan mereka berhasil mendapatkan visa kerja dan pekerjaan melalui sebuah perusahaan konstruksi.
Sekitar 40 siswa dari Papua telah belajar di berbagai perguruan tinggi di Selandia Baru, tetapi keberadaan mereka di negara itu terancam ketika beasiswa mereka tiba-tiba dihentikan.
Pada bulan Desember mereka menerima surat dari Pemerintah Provinsi Papua yang menyatakan bahwa tunjangan hidup, biaya perjalanan dan studi mereka dihentikan dan mereka harus pulang karena studi mereka tidak sesuai harapan. Sekitar 12 orang telah kembali ke Papua, tetapi sisanya mengkhawatirkan masa depan mereka.
Pada bulan Mei, delapan mahasiswa menyelesaikan kursus pertukangan kayu mereka di politeknik Palmerston North UCOL, tetapi keadaan masih tak pasti untuk mereka.
Melalui koneksi di Gereja Grace City di Palmerston North, para mahasiswa menghubungi Patrick Phoa, penasihat kesehatan dan keselamatan untuk Konstruksi V-Pro di Manawatū, dan mereka mendapatkan visa kerja melalui dukungan dari sebuah perusahaan.
Salah satu mahasiswa, Roy Towolom, mengaku bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan dan tinggal di Selandia Baru.
“Ini keajaiban. Ini sangat tidak nyata. Kami bersyukur kepada Tuhan bahwa semua anak laki-laki telah mendapat kesempatan yang baik,” kata Roy.
Roy mengatakan mereka tinggal di rumah bersama, sekarang berpenghasilan dan mampu membayar sewa. Ini adalah kesempatan yang baik bagi mereka untuk belajar dan mereka menikmati pekerjaan itu.
Phoa mengatur wawancara dengan para siswa dan mengatakan bahwa dia senang mereka dapat tinggal dan berkontribusi pada masyarakat. Dia sebelumnya bekerja dalam proyek dukungan mahasiswa di institut tersier IPU Selandia Baru.
“Saya memperlakukan mereka seperti anak saya. Aku menjaga mereka,” kata Phoa.
Pemilik perusahaan dan direktur pelaksana Jacky Xing mengatakan bahwa rekrutan baru sangat membantu mereka. Dia sangat ingin mendukung para mahasiswa itu begitu dia mendengar tentang situasi mereka.
“Kami benar-benar ingin membantu begitu kami tahu mereka berada dalam situasi kritis. Kami tahu kami harus bertindak cepat daripada nanti,” sebut Jacky.
Himpunan Mahasiswa Papua Oseania telah mengadvokasi para siswa yang terancam kehilangan beasiswa mereka.
Dari siswa yang tersisa di UCOL, satu masih menunggu visa kerja dan yang lain menunggu pembayaran uang sekolah mereka sehingga mereka dapat melanjutkan kuliah mereka..
Ada mahasiswa lain di IPU, Massey University, University of Canterbury, University of Waikato, Auckland University of Technology dan Ardmore Flying School, yang didukung oleh gereja dan kelompok masyarakat.
Beberapa masih memiliki biaya kuliah yang ditanggung oleh pemerintah provinsi, sementara yang lain bekerja dengan pemerintah provinsi untuk membayar biaya kuliah atau untuk mendapatkan visa baru.