Jayapura, Jubi – Pembantu Dekan III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih atau Uncen Daniel Ayub Dawan berharap ‘Pelatihan Bisnis dan Pendampingan Usaha Bagi Mahasiswa’ dapat membantu mahasiswa saat membuka bisnis setelah mereka menyelesaikan kuliah atau membuka usaha sambil kuliah.
Harapan itu disampaikan Daniel Ayub Dawan kepada peserta saat membuka pelatihan yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uncen bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia dan Krealogi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uncen di Kota Jayapura, Papua pada Selasa (18/02/2025).
“Kegiatan ini sangat penting, karena itu peserta harus mengikuti dengan baik supaya ada manfaat besok, setelah selesai kuliah manfaatkan ilmu yang didapatkan saat ini,” katanya.
Daniel Ayub meminta peserta memanfaatkan ilmu yang didapatkan supaya ilmu tersebut menuntun untuk pengembangan potensi nantinya.
“Kembangkan potensi Anda supaya dari bisnis itu bisa memenuhi kebutuhan hidup,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan bahwa dunia kerja di luar tidak mungkin akan menampung semua mahaswa.
“Lihat itu alumni-alumni yang keluar dari kampus ini, banyak yang menjadi pengangguran, sementara data menunjukkan bahwa yang banyak menjadi pengangguran adalah lulusan dari Perguruan Tinggi,” katanya.
Menurut Pembantu Dekan III, hasil pelatihan dua tahun lalu ada yang sudah berhasil dan bisa didatangkan untuk menceritakan apa yang sudah dilakukannya dari ilmu yang didapatkan. Cerita itu disampaikan kepada semua peserta sehingga menjadi motivasi bagi peserta sekarang.
Daniel Ayub berharap peserta yang ikut bisa terlibat dalam wirausaha di kampus sehingga nanti tidak dari nol mengembangkan usaha di luar.
“Kalau dari nol agak susah, ribet, bingung, dan tidak tahu harus memulai dari mana. Tetapi kalau sudah ikut tim kewirausahaan dan terlibat di kegiatan fakultas dan kegiatan universitas, maka gampang sekali dan tidak susah,” ujarnya.
Pembantu Dekan III juga berharap para peserta juga memiliki produk yang bisa dikembangkan di rumah, di asrama, atau di pinggir jalan. Ilmu kewirausahaan yang didapatkan saat pelatihan bisa membantu berwirausaha.
“Ini ilmu yang mau diberikan untuk saudara, ilmu ini akan mendampingi saudara punya ijazah, karena tidak semua alumni keluar itu jadi pegawai negeri,” katanya.
Ia juga mengatakan pelatihan tersebut meningkatkan kapasitas diri dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah. Pada pelatihan bisnis dan pendampingan ini ada berbagai hal yang diberikan, seperti literasi keuangan, akses modal, edukasi branding, pemasaran digital, dan akses pasar.
Direktur Komunitas dan Kemitraan Krealogi Hanna Keraf mengatakan pelatihan dilakukan agar bisa menginkubasi pelaku UMKM, terutama yang ada di daerah-daerah dan kota-kota di Indonesia, melalui program Kokarya Super, berkolaborasi dengan PT Freeport Indonesia dan Universitas Cendrawasih.
“Ini tahun kedua, jadi melalui Kokarya Super ini kami berharap teman-teman mahasiswa di Universitas Cendrawasih bisa berkarya. Kami bisa mendampingi mereka untuk memulai ide bisnis, jadi tidak harus sudah memiliki bisnisDari ide bisnis atau mereka yang sudah menjalani bisnis, kami bisa bantu untuk memberikan pendampingan teknis,” ujarnya.
Pada pelatihan ini, kata Keraf, juga diundang lembaga yang mendukung ekosistem kewirausahaan untuk berbagi informassi, seperti perbankan, ada BRI dan Bank Papua, Ditjen HAKI untuk pencatatan nama brand, dan dari pengelola sertifikasi Halal.
“Jadi beberapa kemitraan yang kemudian bisa didekati teman-teman mahasiswa ketika ingin mengembangkan bisnis atau baru mau memulai bisnis,” katanya.
Keraf menjelaskan komitmen dari Uncen, PT Freeport Indonesia, dan Krealogi adalah bisa memberikan kesempatan kepada mahasiswa muda di Papua untuk membuat lapangan pekerjaan bagi diri mereka.
“Atau membuka lapangan pekerja bagi orang di sekitar mereka, sehingga pada akhirnya bisa berkontribusi untuk ekonomi di Papua pada khususnya,” ujarnya.
Hasil dari pelatihan dua tahun lalu, kata Keraf, ada beberapa mahasiswa yang usahanya masih berjalan, walaupun ada yang mengubah ide bisnisnya dari yang pertama.
“Kita monitor terus sampai satu tahun terakhir dan dari pengalaman serta masukan di program pertama, kami mendapatkan masukan tentang pendampingan teknis juga, jadi sekarang kami lakukan,” katanya
Jenis usaha yang masih berjalan dari pelatihan pertama adalah jenis usaha makanan. Makanan ringan yang masih bertahan, seperti kue kering, chips, dan keripik. Kemudian usaha kerajinan tangan, seperti rajut.
“Teman-teman mahasiswa ini kebanyakan masih takut mencoba, jadi memang skalanya masih sangat kecil, tetapi bagi kami yang penting adalah sudah punya pengalaman tersebut. Mencoba, minimal selama menjadi mahasiswa, bagaimana sih memulai bisnis itu, bagaimana nanti rasanya menjadi gagal, bagaimana rasanya nanti berhasil, uangnya mau dipakai untuk apa, minimal mencoba dari sejak kecil,” ujarnya.
Program tahun ini, tambah Keraf, adalah masukan dari peserta pada program tahun pertama. (*)

Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!