Jayapura, Jubi – Kepala Kepolisian Resor atau Kapolres Jayapura, Papua, Ajun Komisaris Besar Polisi atau AKBP Umar Nasatekay mengungkap alasan pembubaran perayaan hari ulang tahun United Liberation Movement for West Papua atau HUT ULMWP ke-11 tahun, di Lapangan BTN Matoa Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (6/12/2025).
AKBP Umar Nasatekay mengatakan, dalam pelaksanaan kegiatan tersebut tidak ada surat pemberitahuan kepada pihaknya. Akan tetapi Polres Jayapura tetap membiarkan kegiatan tersebut berlangsung asalkan tidak merugikan orang lain.
“Saat melakukan pengawalan anggota KNPB keluar ambil handphone anggota yang sedang mengambil gambar, sesampai di lokasi BTN Matoa anggota kami di atas motor ditarik lalu dianiaya,” kata AKBP Umar Nasatekay kepada Jubi, Sabtu (6/12/2025).
Menurutnya, merespons kejadian tersebut sejumlah personil Polres Jayapura menuju ke lokasi di BTN Matoa Sentani untuk bertanya. Akan tetapi massa KNPB melakukan perlawanan terhadap anggotanya, yang kemudian menyebabkan pihak keamanan membubarkan massa dengan tindakan terukur
*****************
Jubi.id adalah media yang berbasis di Tanah Papua. Media ini didirikan dengan sumberdana masyarakat melalui donasi dan crowd funding. Dukung kami melalui donasi anda agar kami bisa tetap melayani kepentingan publik.
*****************
“Sebenarnya kami tidak pernah melarang mereka, kalau mereka ke ibadah natal mengapa harus membawa atribut dan bendera KNPB itu kan banyak orang merasa terganggu,” ujarnya.
Perayaan HUT ULMWP ke-11 tahun itu digelar KNPB bersama masyarakat. Dalam momen tersebut KNPB sekaligus akan membagikan selebaran aksi damai peringatan hari HAM se-Dunia pada 10 Desember 2025.
Akan tetapi perayaan itu dibubarkan polisi dari Polres Jayapura. Enam orang aktivis KNPB dilaporkan ditangkap dan tujuh orang terlukan diduga terkena pukulan personel kepolisian saat pembubaran.
Ketua KNPB Wilayah Sentani, Sadracks Lagowan mengatakan saat itu massa berkumpul di Lapangan BTN Matoa. Akan tetapi tiba-tiba dua anggota intelijen datang ke lokasi kemudian mengambil gambar ke arah massa. KNPB pun meminta dua intelijen itu menghapus gambar, namun tidak dihiraukan.
“Dua anggota intelijen [kami] minta untuk menghapus gambar, karena kami tidak ada kegiatan lain. Namun, ada tekanan dari pihak intelijen maka diambil handphone dari tangan intelijen lalu dilempar,” kata Lagowan.
Menurutnya, beberapa menit kemudian dua anggota intelijen kembali mendatangi lokasi. Setelah mengambil gambar mereka keluar dari lokasi namun terjatuh.
“Tidak lama, beberapa menit kemudian sejumlah aparat kepolisian menggunakan dua truk polisi datang langsung mengepung massa tanpa bernegosiasi. Polisi berdalih bahwa pihak KNPB telah memukul anggota mereka. Kami ajak negosiasi untuk bicara, namun mereka langsung melakukan kekerasan, yang akhirnya tujuh anggota KNPB dipukul dan mengalami luka robek. Enam anggota lainnya ditahan polisi,” ujarnya
Katanya, anggota KNPB tidak melakukan pemukulan terhadap dua anggota intelijen tersebut. Mereka hanya meminta menghapus gambar yang diambil dua anggota intelijen itu.
“Sekali lagi, berdasarkan keterangan fakta dilapangan bahwa sama sekali tidak ada pemukulan dari anggota KNPB terhadap kepolisian,” ucapnya.
Ia mengatakan, KNPB membawa bendera dan atribut lainnya karena ULMWP merupakan rumah bersama rakyat Papua, di sana berbagai organisasi hadir untuk mengikuti ibadah perayaan HUT ULMWP yang ke -11.
“Kami anggap armi dan bendera itu bukan alat atau senjata kekerasan. Akan tetapi itu adalah atribut organisasi KNPB dan itu sudah dianggap menjadi lumrah di tingkat rakyat Papua,” kata Lagowan. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!




Discussion about this post