Sentani, Jubi – Warga Asei Pulau, Kampung Asei Besar, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua, hingga kini belum mendapat akses air bersih dari PT. Air Minum Jayapura Robongholo Nanwani.
Sebagai solusinya, mereka memanfaatkan air dari sumur bor yang terletak sekitar 600 meter di seberang Danau Sentani, menggunakan pipa yang dipasang menyeberangi danau.
“Sumur bor ini dibangun menggunakan dana desa (ADD) sejak Agustus 2024. Baru saja selesai, masyarakat langsung menggunakannya, namun mesin pompa air yang kami miliki masih kurang kuat untuk menyuplai air ke penampungan,” ujar Kepala Kampung Asei Besar, Anthoneta Ohee, saat ditemui Jubi di Dermaga Kalkote, Selasa (18/10/2024).
Menurut Ohee, Pemerintah Kampung Asei Besar (Pemkamp) telah menganggarkan Rp100 juta untuk membangun sumur bor, membeli pipa air sepanjang 600 meter, dan mesin penyedot air. Pengeluaran terbesar digunakan untuk tenaga kerja dan pembelian pipa.
“Kami tiga kali melakukan pengeboran di tepi danau namun belum berhasil. Akhirnya, kami mencoba dekat rumah pelayanan misi rohani Asei, dan berhasil mendapatkan air pada kedalaman 32 meter. Air keluar sendiri dengan lancar, bahkan tanpa perlu menggunakan mesin,” jelas Ohee.
Untuk menyalurkan air ke Asei Pulau, selang air dilintangkan di bawah permukaan Danau Sentani dengan bantuan pemberat agar tidak terapung. Jenis pipa yang digunakan adalah PE-100 PN-8 (HDPE) berukuran 8, yang dirancang untuk menahan arus dan ombak di danau.
“Kami menenggelamkan pipa menggunakan pemberat yang ditancapkan di dasar danau. Lumpur di dasar danau cukup tebal, sehingga pemberat tidak mudah bergeser meskipun ada arus kuat,” katanya.
Ohee mengimbau warga Asei Pulau untuk memanfaatkan fasilitas air bersih yang sudah disediakan dan menjaga infrastrukturnya agar tetap berfungsi optimal. Ia juga berencana menambah beberapa mesin penyedot air untuk meningkatkan suplai ke rumah-rumah warga.
“Jangan lagi gunakan air danau untuk keperluan sehari-hari, karena air sudah tercemar limbah dan sampah. Fasilitas ini harus dijaga, karena ada pipa yang terbakar saat warga membakar sampah,” tegasnya.
Satu di antara warga Asei Pulau, Corlius Ohee, menjelaskan saat ini mereka hanya memiliki satu mesin penyedot air dengan kapasitas 250 watt. Mesin tersebut digunakan untuk menyedot air dari tepi danau dan mengarahkannya ke dua tandon penampung air yang dipasang di atas bukit di tengah pulau.
“Mesin yang kami pakai tidak cukup kuat untuk mendorong air ke tandon di atas bukit. Lokasinya memang dipilih di tengah pulau agar aliran air lebih mudah didistribusikan ke rumah warga yang berada di tepi danau,” ujar Corlius Ohee.
Sementara mesin belum mampu menyalurkan air ke seluruh rumah, warga masih harus mengambil air secara manual menggunakan ember atau galon. Selain itu, air juga disalurkan ke beberapa jamban umum di pulau.
“Untuk sementara, air belum bisa langsung ke rumah-rumah, jadi warga mengambil air sendiri dari penampungan,” tambahnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!