Sentani, Jubi – Meski ditarget kecil, sektor pariwisata Kabupaten Jayapura berhasil melampui target PAD (Pendapatan Asli Daerah). Pada 2023 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Jayapura mendapat target PAD sebesar Rp20 juta dan realisasinya Rp150 juta.
Sedangkan 2024 ini target PAD dinaikkan menjadi Rp50 juta. Pelaksana tugas (Plt) Disparbud Kabupaten Jayapura Benyamin Yerisitouw mengatakan saat ini [Oktober 2024] realisasi PAD dari sektor pariwisata sudah mencapat Rp32 juta. “
“Dipastikan pada akhir tahun [Desember 2024] bisa mencapai Rp50 juta,” katanya saat ditemui Jubi di kantornya, Rabu (30/10/2024).
Yerisitouw mengatakan selama dua tahun ini pihaknya menggenjot sisi PAD dari dua kegiatan festival tahunan, yaitu Festival Danau Sentani (FDS) dan Festival Bahari Tanah Mera (FBTM). Kemudian kunjungan masyarakat ke beberapa destinasi wisata.
Menurutnya objek pariwisata di Kabupaten Jayapura sangat lengkap jika dilihat dari kategori atau jenisnya, yaitu pariwisata alam, sejarah, budaya, dan buatan.
Untuk pariwisata sejarah ada sejumlah destinasi yang merupakan hasil peninggalan Perang Dunia II. Kemudian situs pra sejarah, yaitu Situs Megalitikum Tutari.
“Spot-spot wisata alam yang merupakan hasil inisiatif masyarakat juga sangat banyak yang tersebar dari Sentani Timur hingga ke wilayah pesisir laut Depapre dan Ravenirara,” katanya.
Kemudian untuk wisata budaya ada di Kampung Asei Pulau dengan perajin dan pegukir kulit kayu yang setiap saat melakukan aktivitas mengukir dan melukis motif dari Sentani di atas kulit kayu. Ada Kampung Abar dengan gerabah atau sempeh dari tanah liat yang sudah berjalan sejak puluhan tahun secara turun temurun.
Juga ada festival pendukung lainnya, seperti Festival Ulat Sagu di Kampung Yoboi dan Festival Makan Papeda di Kampung Abar.
Untuk wisata buatan, jelas Yerisitouw, ada Stadion Lukas Enembe, Venue Aquatik, Istora Papua Bangkit, Venue Rugby, dan Stadion Bas Youwe.
“Tinggal kita memaksimalkannya dengan membuat iven atau menggambungkan pariwisata dan olahraga,” katanya.
Untuk itu, kata Beni, sapaan akrab Benyamin Yerisitouw, untuk meningkatkan sisi pendapatan serta mutu layanan pariwisata di Kabupaten Jayapura harus didukung dengan regulasi, baik Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Bupati (Perbup).
Perda Kepariwisataan didukung juga secara teknis dengan Peraturan Bupati terkait destinasi dan retribusi pariwisata, serta kampung wisata.
“Tentunya dengan 30 anggota dewan yang baru dilantik ini akan menjadi sasaran kita pada tahun depan dengan mengusulkan sejumlah regulasi yang ada untuk dibahas dan juga ditetapkan,” katanya.
Menurut Beni, sebenarnya sektor pariwisata di Kabupaten Jayapura sudah sangat maju. Hal ini bisa dilihat dari kesadaran masyarakat lokal yang berinisiatif untuk membangun tempat wisata di atas hak ulayat mereka sendiri. “Zaman sudah semakin maju, kebiasaan menunggu proposal itu sudah bukan zamannya lagi. Sikap positif dan inisiatif seperti ini yang diharapkan lahir dan muncul dari setiap masyarakat di daerah ini yang memiliki hak ulayat sangat besar tetapi tidak difungsikan,” katanya.
Beni mengaku sosialisasi dan pendekatan kepada masyarakat terus dilakukan. Saat ini sudah ada belasan atau puluhan tempat wisata yang bisa dikunjungi, dari pinggiran Danau Sentani, perbukitan, hingga ke pesisir laut di Depapre.
Menurut Sekretaris Daerah Kabupaten Jayapura Hana Hikoyabi ke depan Kabupaten Jayapura sudah harus menyelenggarakan kegiatan pariwisata berskala nasional dan kalau bisa berskala internasional.
“Kabupaten Jayapura merupakan pintu masuk orang ke Papua, segala sesuatu harus dimulai dari sini, termasuk pariwisata,” katanya.
Menurut Hikoyabi dinas terkait masih kurang melakukan koordinasi dan kolaborasi dengan sejumlah pihak untuk melakukan perencanaan dan penganggaran.
“Hal ini bukan tidak mungkin, karena kita punya potensi yang sangat besar dan hingga saat ini masih dalam keadaan tertidur,” ujarnya.
Ia mencontohkan ada agenda festival di daerah lain yang setiap orang mau berkunjung ke daerah itu melewati Kabupaten Jayapura.
“Kenapa kita tidak memanfaatkan menjadi peluang dan pendapatan kita di sini dari setiap kunjungan orang-orang dari luar, baik itu wisatawan mancanegara maupun domestik,” katanya.
Hikoyabi menjelaskan pada 2024 ini Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah atau RIPPDA Pariwisata Kabupaten Jayapura sudah ditetapkan melalui sidang DPR Kabupaten Jayapura periode 2009-2024 pada masa akhir jabatan mereka. Karena itu, RIPPDA Pariwisata tersebut sangat penting untuk dimanfaatkan melalui perencanaan dan penganggaran yang baik, sehingga seluruh potensi wisata di Kabupaten Jayapura dapat dimaksimalkan dengan baik.
“Di beberapa spot wisata di pinggir Danau Sentani saat ini ramai dikunjungi oleh masyarakat, baik pada hari kerja maupun hari libur. Soal regulasi, dinas teknis harus menyusun dan mengusulkan kepada dewan agar ditetapkan, karena dalam regulasi tersebut juga mengatur soal anggaran yang dibutuhkan,” katanya.
Tokoh pemuda Kabupaten Jayapura, Billy Tokoro mengatakan potensi destinasi wisata wajib dikolaborasikan dengan aktivitas seni dan budaya oleh masyarakat di mana destinasi itu berada. Menurutnya bicara wisata tidak terlepas dengan budaya lokal.
“Wisata dan budaya adalah dua kata yang tidak terpisahkan, karena secara umum jumlah kunjungan orang dari luar ke Papua lebih banyak untuk menyaksikan atraksi budaya lokal sehingga perlu adanya kebijakan yang tepat oleh Pemkab Jayapura dalam mengatur perpaduan antara budaya dan pesona alam di daerah dengan melibatkan potensi serta sumber daya manusia yang ada di tempat tersebut,” ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!