Jayapura, Jubi – Kemarau yang terjadi di wilayah Jayapura membuat debit air sejumlah sumber air yang menjadi intake PT Air Minum Jayapura menjadi berkurang. Penurunan debit air itu terjadi di intake yang berada di Daerah Aliran Sungai Anafre, Kampwolker, Entrop, dan sumber air Pos 7 Kali Kemiri, Kabupaten Jayapura.
Direktur Umum PT Air Minum Jayapura, Entis Sutisna mengatakan selama ini pihaknya mengelola 23 sumber air yang menjadi intake air yang diolah PT Air Minum Jayapura menjadi air bersih. Sejumlah 23 sumber air itu tersebar di 12 Daerah Aliran Sungai (DAS).
Ia menyebutkan jika semua intake PT Air Minum Jayapura memiliki debit yang normal, total pasokan air, termasuk dari termasuk intake yang baru dibangun di Muara Tami, bisa mencapai 925 liter per detik. Akan tetapi, pada musim kemarau ini, pasokan air dari seluruh intake berkurang, sehingga air bersih yang dapat didistribusikan kepada pelanggan juga berkurang.
“Contoh, saat ini terjadi penurunan debit air di sumber air Entrop. [Akibatnya], kapasitas terpasang yang biasa kami produksi sampai 90 liter per detik, sekarang hanya bisa memproduksi sekitar 30 liter per detik,” katanya di Kota Jayapura baru-baru ini.
Terjadinya penyusutan debit air di Daerah Aliran Sungai Entrop itu membuat petugas PT Air Minum Jayapura di lapangan harus mengatur ulang jalur pipa distribusi air, demi memenuhi kebutuhan warga.
“Kalau tidak kemarau dan kondisi normal, air mengalir di area sungai Entrop, kami tidak mengaturnya. Namun sekarang kami terpaksa harus mengatur [distribusi air dilakukan secara] bergantian, untuk alirkan air ke pemukiman warga,” katanya.
Selain di kawasan Entrop, kekeringan juga terjadi di aliran Sungai Siborgonyi. Jaringan distribusi air bersih PT Air Minum Jayapura di sana selama ini melayani warga di seputaran Tanah Hitam, Abe Pantai hingga Kampung Buton, Kota Jayapura. Di wilayah itu, debit aliran air bersih produksi PT Air Minum Jayapura yang awalnya 50 liter per detik turun menjadi 10 liter per detik.
Intake di Kampwolker dan Korem juga terjadi kekeringan. Akibatnya, produksi air bersih PT Air Minum Jayapura di wilayah Waena dan sekitarnya hanya mencapai 50 persen dibandingkan kondisi normal.
Karena keterbatasan pasokan air itu, sistem jaringan distribusi air bersih PT Air Minum Jayapura di wilayah Abepura dilakukan dengan cara menampung ke dalam bak air di dekat Taman Makam Pahlawan Waena. Setelah itu, barulah air bersih itu dialirkan ke masyarakat di sekitar Padang Bulan, Jalan Raya Abepura, hingga ke seputaran lingkaran Abepura.
“Itu yang menjadi kesulitan, karena debit yang masuk di intake sangat terbatas. Jadi hanya ada dua sumber air kita yang relatif stabil yaitu di Kojagu yang berada di atas Kampwolker, serta di aliran Muara Tami. Kami menyampaikan permohonan maaf atas kondisi alam ini, sehingga berpengaruh terhadap [pemenuhan] kebutuhan air,” ujarnya.
PT Air Minum Jayapura menyiapkan empat armada mobil tangki air bagi pelanggan yang rajin membayar tagihan air dan terdampak kekeringan. Air bersih dari mobil tangki air itu didistribusikan secara gratis kepada setiap pelanggan yang bisa menunjukkan pembayaran tagihan air terakhir. Truk tangki air berkapasitas 4.000 – 5.000 liter itu dapat didistribusikan bagi tiga hingga empat rumah.
Bukan kemarau ekstrem
Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BBMKG) Wilayah V Jayapura melalui Stasiun Klimatologi Jayapura menyatakan kemarau kalau ini bukan tergolong kemarau ekstrem. Hal itu disampaikan Kepala Stasiun Klimatologi Jayapura Sulaiman.
“Sejauh ini belum masuk kategori ekstrem kemarau. [Kemarau saat ini] masih kategori aman. Kecuali, [jika] kondisinya memasuki El Nino, [akan] terasa sekali musim kemaraunya. Saat ini, kondisi El Nino netral,” katanya.
Meskipun begitu, Sulaiman menyatakan warga yang bergantung kepada pasokan air hujan, misalnya sektor pertanian, sebaiknya menyimpan air di penampungan dan menghemat penggunaan air. Menurutnya, warga yang mengandalkan pasokan air bersih dari PT Air Minum Jayapura juga harus berhemat dan menampung air, karena sumber air yang menjadi intake bahan baku air bersih mengalami penurunan debit.
Sulaiman memperkirakan intensitas curah hujan di Jayapura dan sekitarnya baru akan meningkat pada Oktober 2024. “Kemarau sejak Juni untuk wilayah Jayapura dan Keerom. Kemungkinan di prediksi di Oktober curah hujan mulai meningkat,” katanya.
Menurutnya, di luar wilayah Jayapura kebanyakan memiliki musim hujan sepanjang tahun, di mana curah hujan di sana relatif masih tinggi. Ia menyatakan curah hujan di Mamberamo Raya, Sarmi, Biak Numfor, dan Kepulauan Yapen relatif masih tinggi. Di wilayah selatan Papua masih mengalami kemarau sejak Agustus, namun hujan masih terjadi di beberapa spot atau titik. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!