Sentani, Jubi – HUT ke-68 Kampung Waena di Distrik Heram, Kota Jayapura diperingati dengan meriah oleh seluruh warga kampung di halaman Obhe (pendopo adat) Ondofolo Heram Rasing Klebeuw, Kamis (30/3/2023).
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka telah membaur bersama berbagai suku yang tergabung dalam sejumlah ikatan keluarga atau paguyuban Nusantara yang menetap di kampung tersebut.
Pada kesempatan ini, Ondofolo Heram Rasing Klebeuw, Richard Herman Morouw Ohee, mengatakan pihaknya sangat berterima kasih serta bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perlindunganNya sehingga seluruh warga masyarakat di Kampung Waena masih terus hidup berdampingan satu dengan lainnya sejak 30 Maret 1955 hingga saat ini.
“Dalam suasana suka cita bersama ini, sebagai tokoh adat, kami ingin menegaskan beberapa hal yaitu soal keamanan di Kampung Waena wajib dijaga oleh semua warga masyarakat yang ada dan tinggal secara bersama. Baik masyarakat pemilik hak ulayat dan saudara kita dari Nusantara. Yang berikut adalah semua saudara kita yang datang dari Nusantara harus mengikuti seluruh aturan dan norma adat di daerah ini. Dan yang terpenting lagi, kita semua harus tetap semangat menjaga keutuhan dan kebersamaan di dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” kata Richard Ohee saat ditemui Jubi di kediamannya di Kampung Waena, Kota Jayapura, Jumat (31/3/2023).
“Banyak perubahan yang terjadi selama 68 tahun ini. Kampung Waena yang dulunya dikenal sebagai tempat berburu oleh masyarakat lokal waktu itu, saat ini sudah berubah berkat kerja keras para pendahulu kita yang membawa pembangunan masuk ke kampung ini,” imbuhnya.
Anak kandung Alm Ramses Ohee ini juga mengatakan di era globalisasi serta perkembangan moderen yang terus melaju, generasi muda di Kampung Waena diharapkan mampu bersaing dan terus menimba ilmu untuk masa depan mereka yang baik.
Generasi muda Kampung Waena tidak boleh tinggal diam, apalagi bermalas-malasan serta mengikuti pengaruh lingkungan yang memiliki dampak negatif bagi masa depan mereka. Karena, tongkat estafet selanjutnya, bukan hanya kepemimpinan tetapi lebih kepada kehidupan dari seluruh warga, marga, keluarga, dan keret di Kampung Waena ada di pundak generasi muda saat ini.
“Generasi muda saat ini sepertinya masih kurang bersemangat dibandingkan generasi-generasi sebelumnya yang hingga saat ini masih kompak dan bersemangat,” katanya.
Terpisah, Ketua Panitia HUT ke-68 Kampung Waena, Yan Willem Ongge, mengatakan ada sejumlah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan menjelang peringatan HUT ke-68 Kampung Waena.
“Pengecetan makam para pendahulu kita di Kampung Waena, karnaval budaya, dan sejumlah lomba bagi generasi muda di sini kegiatan bakti sosial,” jelas Ongge.
Tokoh perempuan Kampung Waena, Sipora Modouw, menilai 68 tahun Kampung Waena ada banyak hal yang berubah. Secara khusus dalam peningkatan sumber daya manusia (SDM) saat ini ada banyak generasi muda yang mampu bersaing dan turut berkontribusi bagi daerah, bangsa, dan negara tetapi juga secara khusus Kampung Waena.
Dari sisi pembangunan, Kampung Waena saat ini sudah banyak pusat pelayanan public, baik di bidang pendidikan, kesehatan, hingga pelayanan publik yang lainnya.
“Waena yang dulu sudah berubah. Pusat pendidikan ada kampus Uncen, Institut Seni Budaya Indonesia, serta fasilitas pendidikan lainnya dari pendidikan usia dini hingga menegah atas. Lalu ada puskesmas hingga rumah sakit, pusat perbelanjaan, kantor pengadilan, taman makam pahlawan, hingga kantor militer. Sebagai tokoh perempuan yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan di tingkat provinsi, saya bangga menjadi warga Kampung Waena,” ucapnya.
Sementara itu, koordinator acara HUT ke-68 Kampung Waena, Fredrick Modouw, menjelaskan bahwa kegiatan dan acara yang dirancang oleh pihaknya ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.
Menurutnya, puncak peringatan HUT ke-68 Kampung Waena dilaksanakan karnaval budaya dari terminal Kampung Waena (batas ujung kampung sebelah barat) menyusuri jalan raya Waena-Sentani dan masuk ke Kampung Waena.
Modouw juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pengguna jalan raya yang merasa terganggu dengan kegiatan karnaval budaya saat itu. Selain karnaval budaya, di halaman pendopo adat digelar pameran kerajinan tangan dan kuliner khas Papua oleh kelompok UMKM di Kampung Waena. Acara hiburan rakyat, dimeriahkan oleh artis-artis lokal Kota Jayapura seperti Konak Akustik, The Sago, Mace Purba, dan Ednard Aronggear.
“Karnaval budaya ini mengingatkan kami pada 68 tahun yang lalu, bahwa moyang kami telah membawa keluar seluruh warga kampung dari Asei pulau ke Koyabhu [sekarang Gelanggang Waena], lalu menempati Yo Nolo [saat ini Expo Waena], dan berpindah lagi di tempat saat ini Waena Kampung. Kilas balik ini menjadi pengingat bagi kita semua, secara khusus generasi muda agar tidak melupakan jati diri mereka, darimana mereka berasal. Perayaan kali ini juga rasanya seperti iven festival budaya, karena ada saudara kita yang lain dari Nusantara yang juga turut memeriahkan acara, kelompok penari dari Kampung Ifar Besar hingga kelompok suling tambur dari Tambrauw, Papua Barat. Rangkaian kegiatan seluruhnya dari karnaval budaya, ibadah syukur, dan hiburan rakyat,” pungkasnya. (*)