Jayapura, Jubi – Guna memperkaya bahan bacaan anak khususnya bahasa daerah, Balai Bahasa Papua menggelar bimbingan teknik atau bimtek penulisan cerita anak.
“Jadi, output dari kegiatan ini dalam bentuk buku cerita,” ujar Kasubbag Umum Balai Bahasa Papua, Jemmi Ayomi, di Hotel Suni Sentani, Kabupaten Jayapura, Selasa (14/3/2023).
Bimtek yang berlangsung selama empat hari, 14-17 Maret 2023, dibuka Plt Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Drs. Eqberth Clemens Kopeuw, M.Pd., dengan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Dr. James Modouw, M.MT., Dr. Wigati Yektiningtyas Modouw, M.Hum., dan Esther Embram, S.S.
“Peserta diperkaya pengetahuan penulisan cerita dan dibimbing untuk menulis cerita rakyat Papua agar meningkatkan derajat literasi dan memperkenalkan budaya daerah Papua ke luar daerah,” ujarnya.
Tanah Papua memiliki 428 bahasa daerah dengan 250 suku, dan kedua terbanyak di Indonesia. Maka untuk terus melestarikannya perlu dilakukan revitalisasi sehingga melahirkan penutur muda.
“Sebagai wujud kepedulian dalam memahami betapa pentingnya keberadaan Bahasa dengan meningkatkan minat anak-anak untuk belajar bahasa daerah agar terjaga dengan baik,” ujarnya.
Dengan melibatkan narasumber yang memahami bahasa daerah, bimtek penulisan cerita anak digarapkan berjalan maksimal. Begitu juga dengan pengimbasannya dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
“Peserta bimtek penulisan cerita anak dari berbagai kalangan, yaitu guru SD dan pegiat literasi. Ada yang memang sudah aktif menulis. Dalam menulis cerita untuk anak, hal yang perlu diperhatikan adalah soal bahasa yang mudah dimengerti,” ujarnya.
Ia mencontohkan seorang penulis harus mampu membawa pembaca menjadi tokoh utama dalam cerita, sehingga menambah minat anak untuk terus membaca dan mempelajari bahasa daerah.
“Tokoh utama dalam cerita harus bahagia dan berakhir dibuat bahagia dalam akhir cerita. Jangan sampai tokoh utama kalah dalam cerita atau berakhir sedih, karena meninggalkan trauma pada anak,” jelasnya.
Ayomi berharap orang tua, lingkungan masyarakat, dan guru di sekolah selalu menggunakan bahasa daerah meski mengutamakan bahasa Indonesia, agar bahasa daerah tetap lestari tapi juga menguasai bahasa asing. (*)