Wamena, Jubi – Banyaknya masyarakat asli Papua Pegunungan yang berada di Wamena, Kabupaten Jayawijaya menuntut keberpihakan untuk usaha jual pinang, sayuran, ojek, hingga jual wam atau babi, membuat Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua, menyampaikan pandangannya.
Bupati Jayawijaya mengatakan untuk tuntutan ojek agar semua dilakukan oleh orang asli Papua (OAP), sebenarnya hal itu telah didorong dengan membuat peraturan daerah atau perda agar ojek 100 persen OAP.
Namun ketika Pemkab Jayawijaya melakukan evaluasi di pemerintah provinsi mengenai perda tersebut, hal itu tidak disetujui, dimana harus berpatokan pada pembagian otonomi khusus 80-20 persen.
“Yang disetujui dari provinsi sesuai Otsus yaitu 80-20 persen. Jadi, perda kita yang pernah saya janjikan mau 100 persen tidak bisa karena kami evaluasi ke provinsi itu tidak diterima,” kata Banua kepada wartawan di Wamena, Senin (13/3/2023).
Begitu juga mengenai tuntutan terhadap proteksi penjualan sayuran. Bupati Banua menyebut jika masyarakat atau para petani terus konsisten menanam sayuran, maka akses pengiriman sayuran dari luar akan ditutup atau disetop.
“Kalau masyarakat kami sudah siap menanam tidak putus, kami tutup akses dari luar yang penting komitmen kita bahwa sayur hasil dari Jayawijaya bisa terpenuhi, bila perlu kita yang kirim sayur ke luar Jayawijaya,” katanya.
Bahkan sejauh ini pun telah berjalan dimana Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, dan Perdagangana Jayawijaya telah diperintahkan untuk membeli sayur dari para penjual yang tidak laku di pasar, untuk dikirim ke Mimika.
“Saya harap kepada masyarakat mari kita terus menanam. Saya harap kalau memang pelayanan kita untuk sayur bisa terpenuhi, pemerintah akan tutup akses dari luar. Jangan sampai kami tutup lalu masyarakat dapat kesulitan bahwa ada kelangkaan sayuran, nanti akan sulit juga di Jayawijaya ini,” ucapnya.
Untuk para penjual pinang yang hingga kini dianggap dikuasasi para pedagang non-OAP, Bupati Jayawijaya menyebut jika ada pedagang OAP yang mampu mendatangkan pinang dari Jayapura dalam jumlah besar, pemerintah siap mendukung.
“Pemerintah siap dukung dan siapkan uang untuk bisa mendatangkan pinang dari Jayapura jangan beli di sini lalu mereka jual sendiri. Kalau ada adik-adik atau mama-mama yang punya kemampuan untuk berdagang, pemerintah siap mendukung. Kalau sudah berjalan, kami dorong dari pada berikan bantuan yang tidak jelas,” katanya.
Ia memberi contoh para pedagang ikan di Pasar Potikelek yang kini telah dilakukan para penjual OAP, dimana pemerintah terus memberi dukungan dan bantuan sehingga bisa bersaing dengan para penjual ikan non-OAP.
Sementara untuk usaha jual ternak wam atau babi, Bupati mengungkapkan jika memang kemampuan daerah terpenuhi maka tidak ada masalah menyetop pengiriman babi dari luar Jayawijaya.
Pasalnya, kata Bupati, dari data yang ia miliki, selama ini yang menaikan atau kirim wam dari luar Jayawijaya ialah warga OAP sendiri.
“Yang datangkan wam di bandara selama ini semua OAP, tidak ada non-OAP. Lalu kalau kita tutup apakah tidak masalah dengan warga kita sendiri,” ucapnya.
Bahkan selama ini yang terjadi, wam didatangkan dari luar Jayawijaya, dijual kembali oleh masyarakat, sehingga perputaran ekonomi atau bisnis tetap berjalan.
“Soal ternak wam lokal yang ditakutkan akan terpinggirkan, itu tergantung kita. Kalau memang kita bisa distribusikan atau kembangbiakan wam lokal, ini malah lebih bagus. Namun ada juga keluhan jika harga jualnya oleh masyarakat jauh dibandingkan wam lainnya, sehingga ada perbandingan harga, akhirnya pilih datangkan dari luar,” katanya. (*)