Sentani, Jubi – Peserta Kongres Masyarakat Adat Nusantara atau KMAN VI yang berlangsung di Tanah Tabi sejak 24 – 30 Oktober 2022 sangat berharap ada dukungan dan perhatian serius terhadap keberadaan hutan sagu di Kabupaten Jayapura. Salah satu peserta KMAN dari Regional Sulawesi, Ruslan Ahmad menyebut rumpun dan sagu di Kabupaten Jayapura tumbuh secara alami, namun ia tidak melihat adanya penataan hutan sagu yang profesional dari pemerintah maupun masyarakat adat.
Menurut Ruslan, hutan sagu di Kampung Yoboi adalah salah satu contoh hutan sagu yang tumbuh secara alami, namun belum tersentuh dan dikelola secara profesional. “Hutan sagu yang alami seperti di Kampung Wisata Yoboi itu salah satunya. [Itu] wajib dijaga,” ujar Ruslan di Sentani, ibu kota Kabupaten Jayapura, Sabtu (29/10/2022).
Menurutnya, jika masyarakat adat di Papua, khususnya di Tanah Tabi, tidak memiliki sagu, hal itu ibarat masyarakat adat yang tidak memiliki apa-apa untuk melangsungkan keberadaan masyarakat adat itu. “Momen KMAN VI saat ini sangat penting untuk bisa berbagi ilmu [dan] pengalaman, walaupun hutan sagu di daerah kami tidak sebanyak di Papua,” katanya.
Hal senada juga disampaikan Rikson Wowuruntu, peserta KMAN dari Sulawesi Utara. Ia melihat sagu merupakan makanan pokok masyarakat adat di Papua, sehingga kelestarian dan keberadaan pohon sagu harus dijaga dengan baik. “Dalam prosesi makan papeda [makanan hasil olahan sagu], terlihat jelas kekerabatan [dan] kebersamaan dalam satu keluarga masyarakat adat,” katanya.
Menurut Wowuruntu, hutan sagu dan tanah yang saat ini dimiliki masyarakat adat wajib dipetakan dan disertifikasikan, sehingga tidak dieksploitasi pihak yang tidak bertanggung jawab. Menurutnya, hutan di Papua sangat menarik minat pihak yang ingin mencari keuntungan dengan memanfaatkan kelemahan dan ketidaktahuan masyarakat adat.
Wowuruntu menyatakan masyarakat adat di Kabupaten Jayapura selaku tuan rumah KMAN VI harus menuntut pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Masyarakat Adat. Jika tidak, maka hak-hak masyarakat adat, termasuk hutan sagu yang ada di Papua bisa dialihfungsikan.
“Danau Sentani dan pinggirannya ditumbuhi pohon sagu, sudah nampak apa yang luar biasa Tuhan sediakan bagi masyarakat adat di Kabupaten Jayapura. Semuanya tersedia, dan tidak mungkin masyarakatnya tinggal dalam kelaparan,” jelasnya.
Salah satu tokoh masyarakat adat di Kampung Yoboi, Alberth Tokoro mengatakan sejak Kampung Yoboi menjadi Desa Wisata Nasional, kampung itu dibanjiri para pengunjung. Saat pelaksanaan KMAN VI dan Festival Ulat Sagu yang baru saja selesai, Kampung Yoboi terus ramai dikunjungi orang.
“Ada kegiatan seperti itu, masyarakat dipacu untuk tetap produktif dengan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Kampung Yoboi itu punya potensi yang kuat dalam menunjang ekonomi masyarakat. Taman gizi, hutan sagu, ikan, dan hasil kebun,” ujarnya. (*)
