Jayapura, Jubi- Mananwir Yan Piet Yarangga mengatakan selain Kampung Adoki juga ada Kampung Wouna di pedalaman Biak Utara yang masih tetap mempertahankan upacara berjalan di atas batu berpijar atau panas,atau dalam bahasa Byak disebut Apen Bayeren.
“ Bukan hanya di Kampung Adoki saja ,tetapi di pedalaman Biak Utara juga ada,”katanya kepada jubi.id di sela-sela serasehan di Kampung Ayapo, Kabupaten Jayapura Selasa (25/10/2022). Dia menambahkan upacara ini perlu dijaga karena merupakan warisan dari nenek moyang dan para leluhur suku Byak.
Hal senada juga dikatakan peserta Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) ke VI dari wilayah Barmani suku Byak, Kampung Waroi, Distrik Yendidori, Mansar Somnof. Dia bilang budaya Apen Bayeren juga terdapat di wilayah Pasifik Selatan. Perlu ditelusuri dari mana asal upacara berjalan di atas batu panas.
“Saya kira kita perlu mengecek perjalanan orang-orang Byak jaman dulu, jangan sampai dulu orang tua berlayar dengan perahu untuk berdagang sampai ke Sarmi, Jayapura dan Vanimo. Bisa saja mereka langsung ke Fiji dan Tahiti,”katanya seraya menambahkan soal kesamaan atau kemiripan upacara berjalan di atas batu panas di Biak, Beqa Fiji, Pulau East New Britain dan Tahiti.
Salah seorang pembaca Jubi, Skoryaye Fabye menulis Apen Bayeren bukan hanya dilakukan masyarakat di Kampung Adoki, Distrik Yendidori Kabupaten Biak Numfor saja melainkan warga di Kampung Wouna Distrik Anedey Biak Utara, Kabupaten Biak Numfor. “Bisa juga disebut kampong budaya Byak. Pada 2003 mereka pernah pentas di Bali,”tulisnya.
Antropolog Dr JR Mansoben, MA juga mengatakan, Apen Bayeren juga pernah dipraktikkan di Biak Barat, namun sekarang nampaknya hanya terdapat di dua kampung yaitu Adoki dan Wouna.(*)