Merauke, Jubi – Uskup Keuskupan Agung Merauke, Mgr Petrus Canisius Mandagi MSC memimpin langsung perayaan Minggu Palem di Gereja Kathedral Merauke pada Minggu (02/04/2023).
Perayaan Minggu Palem diawali dengan perarakan daun palem umat Katolik Paroki St Fransiskus Xaverius Keuskupan Agung Merauke dari Taman Mandala menuju Gereja Kathedral Merauke.
Perayaan Minggu Palem dalam tradisi Gereja Katolik merupakan peringatan Yesus Kristus memasuki Kota Yerusalem 2000-an tahun silam dan disambut sebagai raja, dielu-elukan dengan dedaunan, sebelum Dia menderita sengsara, disalibkan, wafat dan dibangkitkan.
Minggu Palem adalah perayaan yang mengawali Pekan Suci yakni Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci dan Minggu Paskah.
Dalam khotbah Minggu Palem di Gereja Kathedral, Uskup Agung Petrus Canisius Mandagi MSC mengingatkan umat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Merauke untuk merefleksikan kisah kesengsaraan Yesus Kristus dengan hidup jujur dan setia kepada Allah tanpa pengkhianatan.
“Pengkhianatan. Yudas mengkhianati Yesus hanya demi uang. Demikian pun dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita sering mengucapkan janji setia kita di hadapan Allah, tetapi janji kita penuh dengan pengkhianatan-pengkhianatan,” kata Uskup.
“Suami mengkhianati janji setia kepada istrinya demi kenikmatan badan, para imam dan biarawan/i mengkhianati janji hidup imamat dan membiara hanya demi kepentingan pribadi, para pejabat mengkhianati janjinya kepada masyarakat hanya demi uang. Ini adalah contoh realitas hidup kita yang tidak setia akan janji kita kepada Allah,” sambungnya.
Dalam momen pekan suci, Uskup Mandagi mengajak umat Katolik untuk mengikuti keteladanan Yesus Kristus melalui kesetiaan kepada Bapa-Nya di Surga. Janji dan kesetiaan Yesus kepada Allah Bapa untuk menebus dosa umat manusia direalisasikan melalui jalan kesengsaraan dan wafat di kayu salib hingga kebangkitan-Nya.
“Saudara-saudara sekalian, kita diingatkan dengan kisah kesengsaraan Yesus Kristus, supaya kita hidup jujur dan tulus melalui janji setia kita kepada Allah. Kita jangan munafik dan bersandiwara. Karena pengkhianatan dan ketidakjujuran akan membawa kita kepada kehancuran. Akhir hidup dari seorang pengkhianat adalah bunuh diri,” tuturnya.
“Yudas mengkhianati Yesus kemudian menyesal dan gantung diri. Kalau kita tidak bertobat atau hidup penuh pengkhianatan, maka kita juga akan bunuh diri, bunuh keluarga, bunuh masyarakat kita karena pengkhianatan. Mari kita berdoa agar kita selalu diberi kekuatan untuk hidup jujur dan setia kepada Allah,” tutup Uskup Mandagi. (*)