Merauke, Jubi – Kabupaten Merauke, Papua Selatan merupakan salah satu daerah dengan tingkat inflasi terendah pada Mei 2023 lalu. Bulan lalu, angka inflasi di Merauke sebesar 3,48 persen, dan berada di bawah rata-rata inflasi nasional yakni 4,33 persen.
Bupati Merauke, Romanus Mbaraka kepada Jubi, Selasa (6/6/2023), menyatakan bahwa inflasi di Merauke hingga saat ini masih tetap terkendali. Pengendalian inflasi itu berkat kerja keras semua pihak, terutama para petani dan nelayan yang tetap menjaga ketersediaan bahan pangan di daerah tersebut.
“Ya benar bulan lalu angka inflasi kita 3,48 persen. Itu (persentasenya) di bawah rata-rata nasional sebesar 4,33 persen. Ini kerja keras kita semua terutama kerja keras para petani dan nelayan,” kata Mbaraka.
“Terus juga kerja keras dari rumpun pertanian (Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, Dinas Pertanian, dan Dinas Perikanan yang juga terus menjadi motor penggerak untuk kontrol bagaimana pangan di Merauke ini tetap tersedia,” sambungnya.
Mbaraka mengatakan bahwa pada dasarnya Kabupaten Merauke memiliki ketersediaan pangan yang cukup, seperti beras, jagung, ubi-ubian, ternak, ikan dan sebagainya. Kecukupan pangan inilah yang mendorong pemerintah daerah mampu mengendalikan inflasi di daerah tersebut.
“Leading sector kita adalah pertanian dalam arti luas, yakni perikanan, peternakan dan tanaman pangan. Nah sejalan dengan adanya gerakan ketahanan pangan nasional, kami di Merauke ini berupaya tetap eksis dalam ketersediaan pangan,” tuturnya.
Kendati saat ini Kabupaten Merauke memiliki pangan yang cukup, kata Mbaraka, tantangan yang dihadapi masyarakat di sana ke depan sangat besar. Merauke yang kini telah menjadi ibu kota provinsi dalam jangka waktu panjang akan bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan kota itu tentu berdampak terhadap sektor pertanian.
“Saat ini tantangan kita ke depan adalah ruang (lahan pertanian) yang ada akan mendapat ancaman. Akan terjadi pemanfaatan ruang yang bukan saja untuk pertanian, tapi dengan kita jadi ibu kota provinsi, ruang akan beralih fungsi menjadi ruang perumahan, perkantoran dan sebagainya. Jadi memang tantangannya terlihat. Sehingga dari jauh hari juga kita harus memikirkan dan berupaya keras agar sektor pertanian kita tetap eksis,” tuturnya.
Karena Merauke memiliki potensi pangan, tambah Mbaraka, pemerintah setempat ke depannya ingin menjadikan daerah tersebut sebagai kabupaten pemasok pangan di wilayah Papua dan bagi masyarakat di wilayah timur Indonesia umumnya.
“Untuk jangka waktu panjang, Merauke kita dorong menjadi suplaier pangan bagi negara tetangga yakni Papua Nugini dan beberapa perusahaan besar. Untuk mencapai itu tentunya produktivitas harus bagus dan kualitasnya. Itu yang sementara kami lagi desain,” tutup Mbaraka.
Sementara Koordinator Stabilisasi dan Pasokan Harga Pangan pada Badan Pangan Nasional, Yudi Harsatriadi Sandiatma menyatakan rendahnya angka inflasi di Kabupaten Merauke patut diapresiasi oleh pemerintah pusat. Mengingat angka inflasi tersebut cukup rendah melalui berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemkab Merauke beserta jajarannya, dan perlu diikuti oleh kabupaten-kabupaten lainnya.
“Tingkat inflasi merupakan salah satu faktor yang menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Untuk mengendalikan inflasi kita melakukan berbagai upaya, termasuk operasi pasar dan distribusi pangan ke daerah yang defisit pangannya,” kata Sandiatma. (*)