Sentani, Jubi – Wakil Bupati (Wabup) Jayapura, Giri Wijayantoro mengatakan hingga kini potensi Danau Sentani belum dimaksimalkan energi positifnya, untuk kebutuhan masyarakat yang tinggal berdekatan dengan danau maupun masyarakat umum lainnya.
Menurut Wabup Giri, energi positif yang dimaksud adalah ketersediaan air yang begitu melimpah namun jarang bahkan tidak sama sekali dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, perkebunan, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan masih banyak lagi yang lainnya.
Selain itu, kondisi danau juga mulai terjadi pendangkalan dan harus diperhatikan secara bersama-sama.
“Sudah mulai terjadi pendangkalan akibat berbagai sedimen yang terbawa oleh arus sungai dari perkotaan, maupun secara alami terbentuk sendiri di dasar danau,” ujar Wabub Giri di Sentani, Senin (20/6/2022).
Lanjutnya, selama ini Danau Sentani juga belum maksimal digunakan untuk sumber pandapatan daerah, hanya dimanfaatkan masyarakat lokal yang berprofesi sebagai nelayan.
“Perhatian belum maksimal oleh masing-masing satuan perangkat kerja, masyarakat, dan pihak terkait sehingga hal yang biasa tetap saja berlangsung secara terus menerus. Sementara kondisi air di Danau Sentani juga diketahui oleh kita semua,” jelasnya.
Terkait potensi wisata, fasilitas pendukung seperti kapal wisata sudah tersedia. Untuk itu, kesiapan setiap kampung, potensi wisata benda-benda bersejarah, situs, bahkan tradisi budaya lokal masyarakat harus dipublikasikan melalui dinas terkait, atau dibuat informasi yang bisa menarik para pengunjung untuk datang ke kampung-kampung di sekitar danau.
“Hal sederhana ini terlewat begitu saja tanpa ada tindakan nyata dari pihak-pihak terkait, juga oleh masyarakat lokal yang tinggal di kampung. Informasi menarik dengan potensi yang tersedia hendaknya dikelola dengan baik untuk kepentingan masyarakat, secara khusus kesejahteraan dan peningkatan ekonomi,” ucapnya.
Tokoh masyarakat Sentani, Yafet Felle menjelaskan, kehidupan umat manusia di tepian Danau Sentani dengan berbagai aktivitasnya sudah berjalan sejak dahulu kala. Kepercayaan dan pengetahuan mereka terhadap satu-satunya mahakarya Tuhan yang ada di depan mata, bukan hal yang secara kebetulan atau tiba-tiba, bahwa ada maksud Tuhan bagi semua masyarakat Sentani yang menempati tepian danau.
“Secara ilmiah dan medis boleh saja menjelaskan soal kesehatan dan lain sebagainya terkait air di Danau Sentani. Fakta membuktikan bahwa hingga saat ini 24 kampung di tepian danau ini masih menggunakan air danau sebagai sumber utama kebutuhan hidup setiap hari,” ujarnya.
Sementara itu, tokoh intelektual Sentani, Jems Modouw mengatakan setiap tahun pendangkalan terjadi di Danau Sentani. Pendangkalan tersebut terjadi karena banyaknya material pasir, batu, dan sampah rumah tangga yang terbawa arus sungai dari kota ke danau, juga limbah-limbah rumah tangga di setiap kampung yang tinggal di tepian danau.
“Dari hasil kolaborasi beberapa lembaga penelitian di Indonesia, setiap tahun pendangkalan mencapai satu meter, dan penelitian itu dilakukan tujuh tahun lalu, sehingga dipastikan sudah ada tujuh meter dari dasar danau terjadi pendangkalan,” ucapnya. (*)
Discussion about this post