Sentani, Jubi – Sejumlah Mama-Mama yang sehari-harinya berjualan pinang di pinggiran jalan Pasar lama Sentani mengeluh sepi pembeli.
Ani (54) perempuan asal Bugis yang tinggal di Kampung Simporo, Danau Sentani, mengatakan ia memutuskan berjualan pinang selama 7 tahun di Pasar lama Sentani. Menurutnya tiga tahun lalu para pembeli pinang lebih ramai karena banyak faktor. Salah satunya pengaruh pemekaran daerah otonomi baru atau DOB.
Pembeli pinang juga menurutnya jauh lebih banyak pada masa Almarhum Lukas Enembe, Gubernur Provinsi Papua masih menjabat selama dua periode, 2013-2018 dilanjutkan 2019-2024.
“Tra tau e, tapi sa su lama jualan di sini jadi ikuti perkembangan, dulu masih Bapak Lukas ada, itu peredaran uang banyak jadi orang-orang ramai beli di sini. Tapi Bapak meninggal ini sulit sekali lihat uang..atau mungkin ada pemekaran provinsi, jadi jarang orang datang beli di sini kapa,”katanya, Kamis (25/7/2024).
Irma, penjual pinang di pinggiran jalan pasar lama Sentani, Distrik Sentani Kota, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, mengatakan sejak 2022 ia bersama suami memutuskan berjualan pinang di tempat tersebut, karena menurutnya paling strategis. Para konsumen pinang bisa mudah membeli.
“Pilih di tempat ini karena rame saja, kan orang dari mana-mana biasa lewat sini, tapi sekarang ini sepi pembeli, berkurang,”kata perempuan asli Buton itu.
Awalnya ia biasanya mendapatkan keuntungan Rp 300-400 ribu perhari. Namun sejak awal tahun 2024 hingga sekarang, pendapatannya sehari hanya berkisar 100-200 ribu rupiah saja. Bahkan terkadang kurang dari itu.
Hasil jualan pinang itu untuk makan dan membiayai tiga anaknya yang masih bersekolah dari jenjang SD -SMA.
Menurut dia, sepinya pembeli karena banyak faktor. Ketika mendekati beberappa momentum seperti Natal dan pemilihan umum barulah, ada yang memborong hasil jualannya. Sementara hari-hari biasa, sangat susah menggaet pembeli.
Buah pinang yang dijualnya itu ada dua jenis. Satunya buahnya kecil dan yang satu lagi besar. Kalau tumpukan yang kecil biasanya menjual Rp 5000. Sedangkan tumpukan yang besar Rp10.000, berisi lebih dari 8 biji pinang.
“Pinang yang saya jual ini biasanya ambil di Abe, beli dari tangan pertama karena para petani pinang dari Arso bawa, jadi saya beli di sana”ujarnya.
Alpontina Kasipmabin, pembeli buah pinang di pasar lama mengatakan, ia sering datang membeli pinang di sana, karena menurutnya kualitas pinang bagus. jumlahnya juga lebih banyak. “Masih banyak yang jual di Hawai tapi sa lebih pilih beli di sini karena pinangnya bagus, trus disini kita bisa dapat banyak sekali buah pinangnya,”ujarnya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!