Wamena Jubi – Pengunjung Pasar Jibama, Wamena, berkurang karena kondisi pasar tidak aman sehingga Mama-mama penjual sayur dari Kampung Hubikosi, terpaksa merugi karena harus menurunkan harga jualan mereka.
Sehari-hari Mama penjual sayur berjualan di Pasar Jibama, Jl JB Wenas, Hutema, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Jumat (4/10/2024)
Salah satunya Herli Hilapok (48) yang sejak pagi sudah mulai jualan di Pasar Jibama. Biasanya Mama-mama penjual sayur datang dari pagi pukul 06.00 sampai sore pukul 18.00. Menurut Hilapok sayuran mereka tidak bisa disimpan di pasar karena keadaan pasar yang tidak aman.
“Kami juga tidak bisa tidur di pasar, karena keadaan pasar tidak baik seperti ini, terpaksa kami bawa pulang jualan, kalau taruh di pasar juga biasa ada orang yang curi sayur jualan kami,” kata Hilapok.
Hilapok juga mengatakan sudah tiga hari berjualan dan hasil jualannya tidak sebanding dengan pengeluaran transportasi selama tiga hari itu.
Penjual sayur lainnya, Mei Itlay (25), saat diwawancarai Jubi mengatakan hasil kebun yang mereka bawa dari Kampung Hubikosi, hanya mereka jual di Pasar Jibama.
“Macam kami jualan satu hari kalau tidak laku kami bawa pulang jualan, terus karena sering tidak laku kami terpaksa kasih turun harga sayur, macam kol bunga, brokoli, sebenarnya harganya Rp50 ribu, tapi karena sepi pembeli jadi terpaksa kami jual dengan harga RP10 ribu – Rp20 ribu per tumpuk,” kata Itlay.
Itlay juga mengatakan untuk transportasi yang ditumpangi dari kampung ke Pasar Jibama tarifnya Rp50 ribu sekali jalan. Dalam sehari pulang balik ke kampung mereka mesti menguras saku sebesar Rp100 ribu.
“Saya hari ini sudah jualan tiga hari, dan sayur dari hari pertama jualan sebagian besar masih saya jual lagi hari ini. Keuntungan yang saya dapat setiap hari tergantung pembeli yang datang ke pasar, kalau ramai biasa saya bisa bawa pulang Rp120 ribu – Rp150 ribu, kalau pun laku biasa saya bawa pulang Rp250 – Rp300,” ungkapnya.
Itlay juga menjelaskan alasan ia berjualan untuk membantu biaya kuliahnya. Ia saat ini sudah menempuh semester akhir di Jurusan Ekonomi Bisnis di Kampus Universitas Amal Ilmiah Yapis Wamena.
Salah satu supir mobil pickup pengangkut barang, Luter (46) asal kupang, mengatakan kondisi Pasar Jibama sebenarnya tidak layak untuk digunakan sebagai tempat berjualan, karena tidak terawat.
Ditambah orang mabuk dan sejumlah anak-anak jalanan yang berkeliaran kerao menagih parkir dengan tarif yang mereka tentukan sesuka hati.
“Kondisi suhu di Wamena sini saja siang itu bisa sampai 18 derajat celcius kalau mendung, kalau cerah juga masih tetap rasa dingin, terus tempat Mama-mama yang jualan sayur ini terbuka saja dan ada yang duduk melantai, untuk menghindar dari angin yang dingin,” kata Luter.
Luter mengatakan Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan harus perhatikan para penjual di sini, dan keamanan di pasar ini juga harus diperhatikan agar pengunjung merasa aman kalau datang belanja ke Pasar Jibama.
Pasar Jibama merupakan pasar terbesar di Kota Wamena. Di pasar ini pula beberapa penjual dari luar Kabupaten Jayawijaya membawa hasil kebun mereka untuk dijual di pasar Jibama.
Ada 21 los kios parkiran kendaraan supir angkot, dan tempat jualan bagi petani lokal. (*)