Sentani, Jubi – Pemerintah Provinsi Papua melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Pangan Provinsi Papua menyelenggarakan gerakan pangan murah bertempat di halaman Masjid Agung Al-Aqsha Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Kamis (13/6/2024).
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Pangan Provinsi Papua, Semuel Siriwa mengatakan kegiatan ini adalah yang kedelapan kali dilakukan untuk tingkat provinsi.
Selain dalam rangka menjelang hari raya Idul Adha, gerakan pangan murah ini juga untuk mengantisipasi terjadinya inflasi, kata Siriwa.
“Sebisa mungkin, jangan harga naik, jangan terjadi inflasi,” katanya kepada wartawan.
Ia menambahkan, menurutnya harga tomat di petani lokal Rp10.000, tapi memang soal tata niaga, sehingga sampai konsumen dengan harga yang cukup tinggi.
“Dari petani sampai ke konsumen [melewati] lima tahapan,” ujarnya. “Kalau masing-masing [tahapan] saja [mengambil] untung Rp5.000, sudah Rp25.000, belum lagi [ongkos] angkutannya.”
Semuel juga berpesan kepada masyarakat agar berbelanja dengan bijak dan untuk pemasok diharapkan menyediakan pangan yang sehat.
Pengurus Masjid Agung Al-Aqsha, Ichdar Tolat (60) berharap kegiatan pasar murah di tempat itu bisa sering diadakan. “Jangan hanya sekali [diadakan], bila mana ada keluhan masyarakat harga naik maka tolong menetralisasi harga pasar,”
Pantauan Jubi di lapangan, harga bawang merah mulai Rp45-55 ribu per kilogram, harga bawang putih mulai Rp50-55 ribu per kilogram, harga tomat Rp20 ribu, harga cabai rawit Rp90 ribu per kilogram, harga cabai padang Rp60 ribu per kilogram.
Selanjutnya harga telur mulai harga Rp68-73 ribu, harga minyakita Rp16 ribu dalam kemasan satu liter, harga gula Rp18-19 ribu per kilogram, dan harga beras SPHP Bulog Rp65 ribu ukuran 5 kilogram.
Salah seorang warga Rahma (50) mengaku terbantu adanya pasar murah ini. Ia membelanjakan sekitar Rp300 ribu untuk persiapan lebaran, seperti telur, minyak, bawang putih, bawang merah, cabai, tomat terigu, dan lainnya. Soal harga, menurutnya bervariasi, ada yang murah dan ada juga harganya sama di pasaran. Ia berharap pemerintah bisa memberitahu dahulu harga sembako kepada masyarakat sehingga tidak ada perubahan harga.
“Kedepannya, kalau bisa harganya bisa ditulis/ditempel jadi orang tidak tanya lagi, dan tidak berubah-ubah harganya, misalnya tadi ada tanya Rp55 ribu, terus ada tanya lagi, Rp53 ribu,” katanya. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!