Jayapura, Jubi- Produk Domestik Bruto atau PDB usaha milik mama-mama di bidang jual beli noken tradisional khas Papua, belum memberikan data angka per kapita atau dalam bentuk statistik. Hasil keuntungan jualan tidak tetap.
Seperti yang diketahui, noken tradisional Papua telah ditetapkan menjadi warisan dunia oleh UNESCO pada tanggal 4 Desember 2012. Namun demikian, Dosen Ekonomi Mikro Universitas Cenderawasih, Klara Wanor dalam materi liputan tematik menulis statistik kepada 15 calon reporter Jubi katakan, keuntungan pengusaha noken di Papua tidak tetap.
“Hingga saat ini, belum ada riset yang cukup bentuk statistik kerjasama dengan wartawan. Maka mama-mama Papua yang jual noken tradisional Papua tidak tetap. Karena saya ikuti, setiap bulan harga naik turun,” katanya dalam Sekolah Jujur Bicara (Sejubi).
Para penjual noken di Jayapura bahwa masih kurang pengawasan pendapatan harian, artinya, kata Wanor, Papua belum memiliki lokasi terpusat penjualan noken Asli Papua. Faktanya, Noken sampai saat ini dijual pada lapak sederhana atau dijual dengan cara lesehan di trotoar.
Maka, kata dia, noken khas Papua yang dijual dengan harga bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.
“Seharusnya era ini tidak perlu dijual di lapak seperti tepi jalan karena seperti yang diketahui bahwa noken bukan lagi jual di tepi jalan, tapi noken Papua sudah masuk dalam era 4.0 atau cyber physical system,” katanya.
Lanjut Wanor, Selain noken, masyarakat Sentani juga dikenal dengan usaha kerajinan Khombow, jadi lanjutnya, masyarakat Sentani menyebutnya busana tersebut “Malo”.
“Mereka lukis di kulit kayu dengan khas dan busana sendiri jadi mereka namakan Khombow. Karya seni itu sudah ada sejak zaman nenek moyang,” katanya. (CR-12)