London, Jubi – Presiden Prancis Emmanuel Macron menekankan bahwa penahanan Pavel Durov, pendiri dan CEO Telegram, tidak ada kaitannya dengan keputusan politik.
Hal ini disampaikan setelah muncul berbagai spekulasi terkait penangkapan Durov yang mengundang perhatian publik.
“Saya melihat banyak berita tidak benar terkait Prancis setelah penangkapan Pavel Durov. Prancis tetap berdiri teguh pada prinsip kebebasan berekspresi dan komunikasi, inovasi, serta semangat kewirausahaan—dan hal itu tidak akan berubah,” tulis Macron di media sosial X pada Senin (26/8/2024) dilansir Jubi dari ANTARA.
Penangkapan Durov, lanjut Macron, merupakan bagian dari penyelidikan yudisial yang tengah berlangsung, bukan intervensi politik. “Semua ini sepenuhnya diserahkan pada keputusan hakim,” tambahnya.
Pavel Durov, yang juga memiliki kewarganegaraan Prancis-Rusia, ditangkap pada Sabtu (23/8) sekitar pukul 8 malam saat tiba di Bandara Bourget, Paris, dengan jet pribadinya setelah melakukan perjalanan dari Azerbaijan. Durov yang berusia 39 tahun, sebelumnya masuk dalam daftar pencarian pihak berwenang Prancis.
Pengadilan Prancis memutuskan untuk memperpanjang penahanan Durov hingga 96 jam, menurut laporan Le Point. Setelah masa penahanan berakhir, dia akan dibebaskan atau dihadapkan ke hakim untuk kemungkinan menghadapi dakwaan.
Penahanan ini berpusat pada penyelidikan terkait dugaan kurangnya moderasi di Telegram, yang diduga memfasilitasi aktivitas kriminal tanpa pengawasan yang memadai. Penyelidikan ini dipimpin oleh Kepolisian Peradilan Nasional Prancis, yang telah mengeluarkan surat perintah penggeledahan sebagai bagian dari investigasi. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!