Istanbul, Jubi – Lebih dari 250 ribu warga Lebanon telah melarikan diri ke Suriah akibat serangan intensif Israel sejak 23 September 2024, ungkap Filippo Grandi, Kepala Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), pada Senin (7/10/2024).
“Saya berada di perbatasan Suriah-Lebanon, di mana seperempat juta orang telah melintasi perbatasan sejak serangan dimulai,” kata Grandi dalam sebuah pernyataan yang disampaikan melalui platform X (sebelumnya Twitter), yang dikutip Jubi dari Antara.
Grandi menambahkan, otoritas lokal, Bulan Sabit Merah Suriah, PBB, dan berbagai mitra kemanusiaan terus bekerja sama secara intensif untuk memberikan bantuan kepada para pengungsi tersebut. Mereka berupaya memastikan respons kemanusiaan yang cepat, tepat, dan efisien dalam menghadapi gelombang pengungsian besar-besaran ini.
Pada Sabtu (5/10/2024), Grandi tiba di kawasan tersebut untuk bertemu langsung dengan para pejabat lokal serta warga Lebanon dan Suriah yang terdampak oleh serangan udara Israel. Grandi menyoroti bahwa ratusan ribu orang kini kehilangan tempat tinggal dan harta benda akibat serangan udara yang terus berlanjut.
Serangan besar-besaran Israel di Lebanon sejak akhir September bertujuan menghantam sasaran Hizbullah, kelompok milisi yang memiliki kekuatan signifikan di negara tersebut. Serangan ini telah menyebabkan korban tewas sebanyak 1.251 orang dan melukai 3.618 lainnya. Selain itu, lebih dari 1,2 juta warga terpaksa meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan.
Meski dunia internasional telah memperingatkan potensi eskalasi menuju konflik regional yang lebih besar di Timur Tengah, Israel tetap melanjutkan serangan. Bahkan, pada 1 Oktober, Israel memperluas agresi militer dengan meluncurkan invasi darat ke Lebanon selatan, menandai babak baru dalam konflik yang semakin intensif ini. (*)