Beijing, Jubi – Pemerintah China menilai bahwa negara-negara besar adalah kunci atau menjadi pihak yang menjadi penentu, dalam meredakan konflik dan pertempuran di Timur Tengah.
“Insiden baru-baru ini sekali lagi menyoroti urgensi untuk mengakhiri pertempuran. Komunitas internasional, terutama negara-negara besar yang berpengaruh, harus mengambil tindakan konkret untuk memainkan peran konstruktif,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin, (28/10/2024).
Hal tersebut disampaikan Lin Jian terkait dengan pernyataan Israel pada Sabtu (26/10/2024), yang mengatakan telah melakukan serangan selama empat jam terhadap Iran. Terhadap serangan tersebut, Teheran menyebut telah berhasil menggagalkan upaya Israel menyerang beberapa titik di Teheran dan di seluruh negara tersebut.
Serangan itu dimulai sekitar pukul 02.30 waktu setempat (06.00 WIB) pada Sabtu, yang menargetkan fasilitas militer di provinsi perbatasan Ilam dan Khuzestan serta wilayah di sekitar ibu kota Teheran.
Angkatan bersenjata Iran mengatakan bahwa meskipun sebagian besar rudal dicegat oleh sistem pertahanan udara, beberapa menyebabkan “kerusakan terbatas,” yang mengakibatkan kematian empat orang tentara dan satu orang sipil.
“Negara-negara besar yang berpengaruh diharapkan menciptakan kondisi yang diperlukan untuk meredakan ketegangan regional,” tambah Lin Jian.
China, kata Lin Jian, menentang pelanggaran kedaulatan dan melemahkan keamanan negara lain serta menentang penyalahgunaan kekuatan.
“Ketegangan di Timur Tengah terus meningkat. Pihak-pihak terkait perlu menahan diri untuk tidak semakin meningkatkan risiko keamanan secara keseluruhan di kawasan tersebut,” kata Lin Jian.
Serangan Israel ke Iran tersebut terjadi pascapeluncuran lebih dari 180 rudal Iran ke Israel pada 1 Oktober yang digambarkan Teheran sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, kepala Hamas Ismail Haniyeh, dan komandan Korps Garda Revolusi Islam Abbas Nilforoushan.
Iran sebelumnya telah memperingatkan bahwa setiap serangan Israel akan direspons dengan respons yang lebih keras.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan serangan udara tersebut menargetkan fasilitas produksi rudal Iran, sistem rudal permukaan-ke-udara, dan infrastruktur pertahanan udara.
Sementara Kepala Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi lewat media sosial mengatakan fasilitas nuklir Iran tidak terdampak serangan Israel dan para pengawas dalam keadaan aman serta melanjutkan pekerjaan penting mereka.
AS jadi mata-mata tapi tuduh negara lain
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian menegaskan bahwa Amerika Serikat (AS) sebagai pihak yang melakukan kegiatan mata-mata, namun malah menuduh negara lain mengerjakan spionase.
“Di satu sisi, AS terang-terangan melakukan kegiatan mata-mata di seluruh dunia, tetapi di sisi lain membuat tuduhan yang tidak berdasar tentang ancaman mata-mata terhadap negara lain. Hal ini jelas salah tafsir dari fakta-fakta yang ada,” kata Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, Senin (28/10/2024).
Hal tersebut disampaikan dengan pemberitaan media di AS yang menyebut peretas asal China terlibat dalam operasi mata-mata yang menargetkan ponsel yang digunakan oleh calon presiden dari Partai Republik Donald Trump, pasangannya, JD Vance, dan orang-orang yang terkait dengan kampanye Demokrat Kamala Harris.
Satu pernyataan FBI menyebut lembaga tersebut sedang menyelidiki “akses tidak sah ke infrastruktur telekomunikasi komersial oleh sejumlah pihak yang berafiliasi dengan Republik Rakyat China”, namun tidak menyebut siapa target operasi tersebut.
“AS perlu segera memperbaiki kesalahannya, menghentikan tipu dayanya untuk menjebak pihak lain, dan berhenti menciptakan lebih banyak kekacauan dan turbulensi di dunia,” ujar Lin Jian.
Lin Jian mengungkapkan bahwa Kementerian Luar Negeri China juga memperhatikan bahwa CIA belum lama menampilkan instruksi di media sosial dalam bahasa Mandarin tentang cara menghubungi CIA secara daring, sebagai upaya untuk memikat warga Tiongkok agar menjadi informan mereka.
“Hal ini sangat melanggar kepentingan nasional China. China memprotes keras hal ini. Kami akan dengan tegas menindak tegas kegiatan infiltrasi dan sabotase oleh pasukan anti-China di luar China dan mempertahankan kedaulatan nasional, keamanan dan kepentingan pembangunan,” tambah Lin Jian.
CIA, kata Lin Jian, telah lama menggunakan segala metode tercela untuk mencuri rahasia negara lain, mencampuri urusan dalam negeri mereka, dan melakukan subversi.
“AS tidak pernah menghentikan kegiatan spionasenya terhadap China. AS juga telah lama melakukan pengawasan besar-besaran dan pencurian rahasia terhadap sekutu-sekutunya,” ungkap Lin Jian.
Lin Jian pun mencatat satu berita yang relevan, yang secara khusus menyebutkan kelompok peretas itu bernama “Salt Typhoon.”
“Izinkan saya menunjukkan bahwa pada insiden ‘Volt Typhoon’ yang digembar-gemborkan AS sebelumnya, lembaga keamanan siber China mengeluarkan beberapa laporan untuk mengungkap fakta, memberikan bukti kuat yang membuktikan bahwa ‘Volt Typhoon’ sebenarnya adalah kelompok ‘ransomware’ internasional,” tegas Lin Jian.
Ia menilai, AS pun sengaja menciptakan narasi palsu tentang penelusuran asal-usul serangan siber untuk menjebak China.
“China mendesak AS untuk menghentikan berbagai jenis tindakan tidak bertanggung jawab untuk menyalahkan korban, menghentikan serangan siber secara global dan berhenti menggunakan isu keamanan siber untuk menjelek-jelekkan China,” kata Lin Jian.
Pejabat intelijen AS diberitakan meyakini China menargetkan kandidat dari kedua partai berdasarkan sikap mereka terhadap isu-isu yang sangat penting bagi Beijing, termasuk dukungan untuk Taiwan.
Direktur FBI Christopher Wray sebelumnya pernah menyampaikan kepada Kongres pada Januari 2024 bahwa para penyelidik memantau adanya gangguan dari kelompok yang disebut “Volt Typhoon” yang mengganggu rumah dan perusahaan swasta termasuk pabrik pengolahan air, jaringan listrik, dan sistem transportasi di seluruh AS.
Pada September, Wray juga mengatakan FBI telah menghentikan gerakan pemerintah China lain yang disebut “Typhoon Flax”, yang menargetkan universitas, lembaga pemerintah, dan organisasi lain yang memasang perangkat lunak berbahaya pada lebih dari 200.000 perangkat konsumen, termasuk kamera, perekam video, dan router rumah dan kantor. (*)
Untuk melihat lebih banyak content JUBI TV, click here!