Kabul, Jubi – Pemerintah Taliban melarang budi daya opium yang selama ini menjadi bahan utama narkotika di Afghanistan dan menjadikan negara itu produsen terbesar di dunia. Mengacu dekrit yang dikeluarkan pemimpin agung Emirat Islam Afghanistan, larangan itu diberitahukan kepada semua warga Afghanistan bahwa budi daya opium dilarang keras di seluruh negeri itu.
“Jika melanggar, tanamannya akan dihancurkan segera dan si pelanggar akan diperlakukan menurut hukum syariah,” tulis surat perintah dari pemimpin tertinggi Taliban, Haibatullah Akhundzada, dikutip Antyara dari Reuters, Minggu, (3/4/2022).
Perintah itu mengatakan produksi, penggunaan atau pengangkutan narkotika lain juga dilarang.
Pengendalian obat-obatan terlarang menjadi salah satu tuntutan dari komunitas internasional kepada Taliban yang merebut kekuasaan pada Agustus.
Sejumlah pakar menyebutkan Taliban sedang berupaya mendapatkan pengakuan formal dari dunia internasional untuk mengurangi sanksi yang menghantam keras sektor perbankan, bisnis dan pembangunan.
Menjelang akhir kekuasaannya yang pertama pada 2000, Taliban melarang penanaman opium tapi menghadapi penentangan keras dan akhirnya mengubah pendirian mereka.
Menurut petani dan anggota Taliban, produksi opium Afghanistan telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir. PBB memperkirakan nilai produksi opium di negara itu mencapai 1,4 miliar atau sekitar Rp20,12 triliun pada 2017.
Situasi ekonomi yang buruk telah mendorong penduduk di provinsi-provinsi tenggara untuk menanam opium karena lebih cepat dipanen dan memberi hasil lebih banyak dari tanaman lain seperti gandum.
Sumber di kalangan Taliban mengatakan kepada Reuters mereka mengantisipasi penentangan yang keras dari beberapa elemen di kelompok itu terhadap larangan opium. Mereka juga mengatakan ada lonjakan jumlah petani opium dalam beberapa bulan belakangan.
Seorang petani di Helmand mengatakan dalam beberapa pekan terakhir harga opium telah berlipat dua, dipicu oleh isu bahwa Taliban akan melarang budi dayanya. Namun dia mengatakan masih menanam opium untuk menafkahi keluarganya. “Tanaman lain tidak menguntungkan,” katanya. (*)
Discussion about this post