Jayapura, Jubi – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia atau PHRI Papua menilai jika okupansi atau tingkat hunian hotel-hotel di Kota Jayapura dan sekitarnya sejak awal tahun ini sedikit menurun.
Ketua PHRI Papua, Abdul Rajab, saat dihubungi Jubi, Senin (13/2/2023), mengatakan tingkat hunian hotel di triwulan pertama setiap tahunnya memang tidak terlalu ramai.
Apalagi saat ini Kota Jayapura dan sekitarnya dilanda bencana gempa bumi yang terjadi sejak 2 Januari lalu, sehingga hal itu juga cukup mempengaruhi tingkat hunian.
“Sedikit banyaknya pasti ada pengaruh akibat gempa, di satu sisi ada beberapa hotel yang kamarnya tidak dijual dulu karena retak akibat gempa. Sehingga memang di triwulan I okupansi atau tingkat hunian hotel agak menurun, dikaitkan dengan bencana alam gempa bisa saja ada kaitannya,” katanya.
Pasalnya, hotel-hotel berlantai lebih dari satu pasti membuat orang atau tamu berfikir untuk menginap khususnya di wilayah Jayapura dan sekitarnya.
Bisnis perhotelan di Januari dan Februari 2023 memang masih belum terlalu ramai, namun tidak separah jika dibandingkan tahun sebelumnya.
“Memang sementara ada beberapa hotel tahap perbaikan, karena ada yang plafonnya rusak akibat gempa sehingga tidak dulu dijual. Ditambah saat ini ada status tanggap darurat, artinya perkiraan dari BMKG itu pasti hal pengantisipasian, sehingga kalau dikaitkan dengan gempa pasti ada pengaruhnya,” katanya.
“Kalau tingkat hunian di awal tahun ini paling baru 30 persen dan itu hanya untuk biaya operasional saja. Artinya, listrik, gaji karyawan yang paling besar, pajak yang menjadi kewajiban,” tambahnya.
Ia bersama beberapa anggota PHRI lainnya pun saat ini tengah mengikuti Rakernas PHRI di Yogyakarta. Hal ini pun menjadi pembahasan termasuk bagaimana meningkatkan jumlah wisatawan ke Papua secara umum dan wilayah Kota dan Kabupaten Jayapura secara khusus.
Pasalnya, kata dia, salah satu upaya meningkatkan tingkat hunian hotel ialah dengan hadirnya wisatawan. Karena di Jayapura merupakan kota jasa dan perdagangan, dimana untuk meningkatkan wisatawan selain harus ada destinasi wisata yang jelas ditambah faktor keamanan, soal mahalnya biaya perjalanan atau tour ke Papua pun menjadi salah satu penyebab wisatawan enggan datang.
“Itu sebabnya dalam Rakernas PHRI juga hal itu sempat disinggung mengenai masalah harga tiket, sehingga ada beberapa program dari kementerian terkait namun belum ada jawaban pasti yang diterima PHRI Papua,” ucapnya.
Sebelumnya, General Manager Batiqa Hotel Jayapura, Rofa Raka Perdana, mengatakan dengan adanya beberapa kali kejadian gempa bumi dan beberapa isu yang muncul, menjadikan bisnis hotel bisa dikatakan sedang kurang sehat atau menurun.
“Untuk itu manajemen Batiqa Hotel Jayapura berinisiatif mengundang media. Selain memperingati Hari Pers Nasional tetapi juga diharapkan dapat bersinergi secara positif,” ucapnya saat media ghatering yang diselenggarakan Batiqa Hotel Jayapura, pekan lalu. (*)