Generasi muda berperan penting dalam melestarikan budaya

melestarikan budaya
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Papua, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Jayapura, dan peneliti Universitas Cenderawasih Jayapura serta pemuda di Kampung Skouw Mabo ketika berfoto bersama di depan rumah Ondoafi Kampung Skouw Mabo. - Jubi/Ramah

Jayapura, Jubi – Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbud, Riset, dan Teknologi sejak tahun 2020 hingga 2022 dalam beberapa kali kunjungan ke Tanah Papua melihat bahwa untuk melestarikan budaya, melindungi, membina, dan mengembangkan kebudayaan di Tanah Papua perlu mengambil suatu langkah nyata.

Salah satu langkah melihat kebudayaan di Papua harus dimulai dari akarnya. Artinya, dari kampung dan kembali ke kampung.

Dengan pemikiran itu maka timbullah ide atau gagasan dengan membuat satu program yang disebut peta jalan kebudayaan sebagai langkah strategis khususnya kepada generasi muda untuk melestarikan kebudayaan.

“Mereka inilah sebenarnya sasaran kita untuk mengenalkan kebudayaan, sehingga mereka mencintai kebudayaan yang menjadi bagian dari jati diri mereka,” ujar antropolog dan kurator dari Museum Loka Budaya Universitas Cenderawasih, Enrico Y. Kondologit, di Kampung Skouw Mabo, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Kamis (16/3/2023).

Oleh karena itu, kegiatan Pengembangan peta jalan kebudayaan kemudian diprakarsai dengan hasil pertemuan tanggal 14-16 Februari 2023 di Sorong, Papua Barat, dengan menghadirkan beberapa orang ahli dan pemerhati budaya.

“Pertemuan itu untuk merancang satu langkah strategis pemetaan kebudayaan di Papua atau jalan budaya yang diberi nama Pemuda Penggerak Budaya,” ujar Enrico Kondologit, yang juga merupakan ketua tim ahli cagar budaya Kota Jayapura.

Dari pertemuan itulah kemudian ditentukan tiga lokasi sebagai pilot project pengembangan kebudayaan, yaitu Kabupaten Merauke (Kampung Kwell), Kabupaten Sorong (Kampung Malaumkarta), dan Kota Jayapura (Kampung Skouw Mabo).

“Pertama Kampung Skouw Mabo dan sekitarnya berada di daerah perbatasan yang tentu saja menarik untuk dilihat, karena ada dua budaya, ada budaya Papua dan budaya Papua Nugini,” ujar Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Jayapura, Grace Linda Yoku.

Program pemuda penggerak melibatkan Balai Pelestarian Kebudayaan Papua, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Jayapura melalui Bidang Kebudayaan, peneliti dari Universitas Cenderawasih Jayapura, dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, berkonsentrasi melestarikan budaya, bahasa, kuliner, dan kesenian di Kota Jayapura.

“Sebanyak 21 orang pemuda-pemudi di Kampung Skouw Mabo, Skouw Yambe, dan Skouw Sae dipersiapkan untuk dapat mengangkat kearifan lokal, seperti kuliner, kesenian, bahasa, dan kerajinan tangan,” ujarnya

Grace Yoku berharap tokoh adat dan ondoafi agar bisa memberikan motivasi sehingga bisa terlibat dalam melestarikan kebudayaan. Masyarakat Port Numbay juga diminta untuk ikut melestarikan, mengembangkan agar adat dan istiadat, bahasa tidak punah dan tetap dipertahankan.

melestarikan budaya
Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Papua, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Jayapura, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Jayapura, dan peneliti Universitas Cenderawasih Jayapura, serta rombongan Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) Kemdikbud, Riset, dan Teknologi saat mengunjungi Kampung Skouw Yambe. – Jubi/Ramah

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XX meliputi Papua dan Pemekarannya, Desi Usmani, mengatakan pertemuan dengan kepala suku dan ondoafi di Kampung Skouw Mabo sekaligus silaturahmi memperkenalkan potensi budaya yang bisa dikembangkan.

“Jadi, mengangkat potensi-potensi itu agar tetap berkesinambungan untuk kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat, sehingga budaya, bahasa, kesenian, dan kuliner tidak punah,” jelasnya.

Staf dari Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) Kemdikbud, Riset, dan Teknologi, Deden, mengatakan kunjungan ke Kampung Skouw Mabo untuk melakukan koordinasi pemajuan kebudayaan.

“Jadi, kami melihat kesiapan kampung ini dari segi potensi kebudayaan yang bisa dikembangkan dan sekaligus melakukan pembinaan kepada pemuda kampung untuk bisa mengelola kebudayaan,” ujarnya.

Beberapa potensi ekonomi dan budaya yang bisa dikembangkan di Kampung Skouw Mabo, di antaranya pemanfaatan kelapa, sagu, kesenian tradisional, dan bahasa.

“Kampung Skouw Mabo dipilih berdasarkan kesepakatan bersama para pelaku budaya di Kota Jayapura. Harapan ke depannya pemuda kampung terus melanjutkan melestarikan budayanya,” jelasnya.

Ondoafi Kampung Skouw Mabo, Yans M. Mallo, berharap generasi muda sebagai pemegang tongkat estafet dalam melestarikan kebudayaan agar tidak punah.

“Bisa berbahasa ibu dengan baik dan mengenali budayanya serta mengembangkannya sebagai identitas jati dirinya yang harus terus dipertahankan. Saya menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang sudah terlibat dan membantu dalam pemajuan budaya terutama di Kampung Skouw Mabo ini,” jelasnya.

Kunjungan Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Papua, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kota Jayapura, dan peneliti dari Universitas Cenderawasih Jayapura bersama Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat (KMA) Kemdikbud, Riset, dan Teknologi dimulai dari Kampung Skouw Mabo dan diterima oleh Ondoafi Kampung Skouw Mabo, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi tempat pengolahan sagu di Kampung Skouw Yambe. (*)

Comments Box

Dapatkan update berita terbaru setiap hari dari News Room Jubi. Mari bergabung di Grup Telegram “News Room Jubi” dengan cara klik link https://t.me/jubipapua , lalu join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
banner 400x130
banner 728x250